Empat pilar literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety masih akan terus diedukasikan kepada masyarakat untuk menjalani kehidupan di era transformasi. Salah satunya Kominfo RI menyosialisasikan literasi digital melalui kegiatan webinar yang diselenggarakn untuk masyarakat Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah, Jumat (8/10/2021) dengan tema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa”.
Kegiatan hari ini dipandu oleh entertainer Thommy Rumahorbo dan diisi oleh empat narasumber Bang Aswar (pengasuh Pure Conciousness Indonesia), Imam Wahyudi (anggota dewan pers 2013-2019), Eddie Siregar (penggiat empat pilar kebangsaan), Hidayatun (Kepala MTsN Kabupaten Semarang). Serta Endy Agustian (duta pendidikan Indonesia) yang hadir sebagai key opinion leader.
Pengasuh Pure Conciousness Indonesia Bang Aswar mengatakan di era digital masyarakat tidak dapat melaju mundur melainkan harus tetap maju dengan cara beradaptasi. Teknologi informasi tidak hanya memberi alat baru berbasis digital, lebih dari itu teknologi informasi memberikan dunia baru yang bisa diakses oleh siapapun yang terlibat dan sekaligus memberi dampak di dalamnya.
Kesamaan hak mengakses dunia digital itu memunculkan kebebasan berekspresi, isu privasi, namun juga risiko penyalahgunaan teknologi. Oleh sebab itu keamanan digital menjadi hal yang diperlukan. Masyarakat perlu memahami soal proteksi diri dan perangkat, memiliki kesadaran untuk saling menjaga dan melindungi antar warga digital, serta meningkatkan kesadaran dan kebiasaan untuk selalu waspada di dunia digital.
“Selain mewaspadai kejahatan digital, masyarakat digital juga harus waspada dengan rekam jejak digitalnya. Perilaku digital akan terkumpul menjadi jejak digital yang terdokumentasi dan menunjukkan reputasi penggunanya. Jejak digital berpotensi membuahkan peluang yang menguntungkan, juga bisa merugikan,” jelas Bang Aswar.
Ada jejak digital aktif, yaitu data yang sengaja ditinggalkan pengguna. Contohnya beruha unggahan foto, video, e-mail, dan komentar. Jejak digital aktif ini harus lebih banyak diperhatikan karena dengan sembarangan mengunggah konten bisa berdampak pada pencemaran nama baik. Bahkan beberapa perusahaan saat ini mempertimbangkan jejak digital pelamarnya, khususnya di media sosial.
“Sebaiknya kalau membuat konten atau mendistribusikan dilakukan dengan penuh kesadaran. Salah satunya dapat menggunakan peta kesadaran. Bahwa konten yang baik adalah yang positif, mengandung objektivitas, kejujuran, kebersamaan, perdamaian, dan nilai-nilai positif lainnya. Dengan demikian akan tercipta lingkungan masyarakat digital yang aman dan nyaman,” lanjutnya.
Anggota dewan pers 2013-2019 Imam Wahyudi menambahkan bahwa sebagai bagian dari masyarakat digital kita akan terus bergerak ke depan dan pilihannya adalah menjadi pemenang. Dalam artian harus mampu beradaptasi, menangkap berbagai peluang namun juga memahami ancaman di ruang digital.
Jika melihat realitas generasi muda lebih memilih Youtube dan media sosial daripada televisi, menurut Imam Wahyudi, hal tersebut tidak menjadi masalah sepanjang dapat memanfaatkannya untuk hal produktif.
“Ada filosofi bahwa kita harus mengenali diri sendiri dan juga musuh. Begitupun di ruang digital kita harus mengenali potensi diri dan lingkungan digital. Kalau dicermati ada peluang di ruang digital yang dapat kita kulik untuk meningkatkan potensi diri, ada ancaman yang mesti dihadapi namun ada kekuatan dibaliknya,” ujar Imam Wahyudi.
Masyarakat digital harus cakap menggunakan peluang untuk pembelajaran, sarana komunikasi tanpa batas, untuk berbisnis, mengasah kemampuan verbal dan nonverbal, juga menemukan potensi diri.
“Generasi digital ini memiliki kemampuan belajar yang cepat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif dan inovatif. Gunakan kekuatan ini untuk menjadi warga digital yang produktif,” jelasnya memberikan motivasi menjadi warga digital yang positif. (*)