Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar literasi digital bagi masyarakat di Rembang, Senin (28/6/21). Diskusi virtual dengan mengangkat tema “Literasi Digital yang Berkebudayaan” itu dikupas dari empat sudut pandang yang meliputi: budaya digital, keamanan digital, kecakapan digital dan etika digital.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Bobby Aulia (entertainer) tersebut menghadirkan Hamdy Salad (Seniman dan Budayawan), Yoshe Angela (Kaizen Room), M. Thoboroni (Dosen Universitas Borneo) dan Yanuar D Saputra (Pegiat Literasi Pendidikan) sebagai pembicara. Serta Hilyani Hidranto (News Presenter SEA Today) sebagai Key Opinion Leader (KOL).
M Thobroni menyatakan, dalam ruang digital umumnya akan bertemu banyak orang dari beragam budaya. Setiap pengguna digital merupakan anggota dari banyak peserta komunitas digital. Penting menumbuhkan respek pada diri seseorang dan juga kepada orang lain. Hal itu menjadi harga diri yang harus dipelihara. Harga diri merupakan hal mendasar untuk kehidupan yang hebat.
“Jika kurang menghargai diri sendiri, kita merasa tidak aman dan berusaha untuk menjadi seseorang yang bukan diri sendiri. Mengembangkan harga diri dapat menumbuhkan kepercayaan diri untuk menghadapi kehidupan sehari-hari,” paparnya dalam webinar tersebut.
Ada tekanan sosial besar dari orang tua, pekerjaan dan masyarakat untuk menjadi pribadi tertentu dan untuk mencapai hal tertentu. Penting bagi kita memiliki keyakinan nilai-nilai diri sendiri dan mengingat apa yang penting. Begitupun dengan orang lain. Kita tidak harus memaksa orang lain.
“Kita merupakan makhluk sensitif. Tidak ada yang suka kritik dan ketika dikritik, langsung maupun tidak langsung, kita merasa buruk – bahkan menolak kritik. Untuk menjaga rasa respek, kita perlu belajar menghadapi kritik. Jangan tersinggung kritik. Melihat dari perspektif terpisah. Mungkin itu salah, dan kita harus mengabaikannya,” tambahnya.
Penampilan kita penting sebab bisa memberi percaya diri atau canggung.
Jaga penampilan kita; berpakaian cerdas untuk acara yang tepat memberi kita kepercayaan diri. Saat yang sama, kita tidak ingin menjadi budak tren mode. Jangan berpakaian dengan harapan menyenangkan orang lain dan menerima pujian.
Yanuar Diroeh Saputra mengatakan, ada dua hal mendasar yang bisa kita lakukan dalam memahami keberagaman masyarakat Indonesia. Alasan pertama, terkait aspek kewilayahan Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Alasan kedua terkait aspek sosial budaya yang diwarnai oleh berbagai macam kebudayaan. Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia menyimpan potensi terjadinya konflik” jelasnya dalam webinar tersebut. (*)