Digital skills menjadi suatu keharusan yang dimiliki pengguna digital. Kecakapan digital tersebut merupakan kemampuan individu dalam mengetahui memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi serta sistem operasi digital.
CEO Viewture Creative Solution, Mohammad Adnan mengatakan kemampuan kecakapan digital bisa untuk menganalisis suatu konten yang beredar di dunia digital. Baik konten berupa format teks atau tulisan, gambar, video, audio maupun kombinasinya yang diubah dalam bentuk digital.
Menurut Adnan, konten yang tersebar dalam platform digital bisa tampil dalam beragam sifat, salah satunya yakni konten negatif dan sejenisnya. Konten negatif, yaitu segala jenis informasi di media sosial yang dapat merusak kesehatan, kesejahteraan dan hubungan antar pengguna di ruang digital sehingga wajib untuk diperangi.
”Contoh konten negatif itu yakni ujaran kebencian, cyber bullying, pornogtafi, kekrasan, radikalisme, narkoba, perjudian, dan hoaks,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Memilih dan Memilah Informasi yang Bertanggung Jawab” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kota Tegal, Jawa Tengah, pada Kamis (30/9/2021).
Adnan mengatakan salah satu konten negatif yang berbahaya yakni hoaks yang merupakan berita bohong atau berita tidak bersumber. ”Hoaks adalah rangkaian informasi yang memang disengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran,” tuturnya.
Adnan mengungkapkan hoaks merupakan sebuah kebohongan yang dikarang sedemikian rupa oleh seseorang untuk menutupi atau mengalihkan perhatian dari kebenaran, yang digunakan untuk kepentingan pribadi, baik itu secara intristik maupun artistik.
Adapun ciri konten hoaks yakni menciptakan kecemasan, kebencian permusuhan, kemudian sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawa atau klarifikasi. Konten hoaks juga memiliki ciri pesan sepihak, menyerang dan tidak netral, lalu mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.
”Ciri lainnya, memanfaatkan fanatisme atas ideologi agama, suara rakyat. Konten hoaks ini judul dan pengantarnya provokatif, cenderung menyimpang dari isinya dan minta agar dishare atau diviralkan,” ucapnya.
Menurut Adnan, salah satu cara untuk memerangi hoaks yaitu membuat konten kreatif yang positif. ”Untuk membuat konten positif, kenali karakter diri sebelum membuat produk atau branding. Melakukan riset, sinergi, dan berkreasi serta modifikasi kemampuan konten,” tuturnya.
Narasumber lainnya, Media Planner Ceritasantri.id, Aina Masrurin mengatakan dalam mengakses platform digital, harus diperhatikan juga perlindungan data pribadi untuk meminimalisir potensi penyalahgunaannya oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
”Untuk melindungi data pribadi, gunakan password yang kuat dan berbeda di setiap akun platform digital. Pahami pengaturan privasi di setiap akun platform digital, dan selalu hati-hati dalam menggunakan data pribadi di platform digital,” kata Aina.
Di samping itu, lanjut Aina, pengguna digital juga sebaiknya memilih aplikasi yang hanya mengakses data yang dibutuhkan. ”Update perangkat lunak untuk meminimalisir celah kebocoran. Waspada aktivitas komunikasi mencurigakan baik dari identitas akun yang kita kenal maupun bukan,” pusngkasnya.
Dipandu moderator Nabila Nadjib, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Iis Lathifah Nuryanto (Dosen Universitas PGRI Yogyakarta), Denik Iswardani Witarti (Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Seniman Ones selaku key opinion leader. (*)