Harus kita sadari, ujian pandemi selama 17 bulan terakhir berpengaruh signifikan pada dunia pendidikan. Pandemi membuat sekolah tutup. Pandemi mengalihkan proses belajar konvensional di kelas menjadi pendidikan online atau secara virtual di rumah dengan bantuan telepon pintar (smartphone) atau laptop.
”Untuk meningkatkan kualitas belajar secara online, maka penguatan keterampilan digital (skill digital) melalui literasi digital, baik bagi guru maupun orangtua sebagai pendamping anak, semakin mendesak,” ujar Ahmad Syaifullah, Wakil Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Blora, ketika tampil sebagai narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kudus, 24 Juni lalu. Webinar berlangsung semarak, diikuti ratusan peserta lintas profesi dan generasi.
Syaifullah berpendapat, penguasaan literasi digital bagi ”segitiga emas”: guru, siswa, dan orangtua, memang bersifat mendesak. ”Semakin cepat mereka menguasai literasi digital, niscaya akan meningkatkan kualitas belajar siswa secara individu maupun kualitas pendidikan secara nasional,” tuturnya.
Dalam proses pendidikan online, menurut Syaifullah, hal yang penting buat anak adalah adanya bimbingan orangtua di rumah. Pasalnya, dalam proses penguasaan internet untuk kepentingan pendidikan anak, mesti diikuti dengan keterampilan untuk mengambil manfaat positif buat pertumbuhan nalar dan kreativitas pikir anak.
”Apalagi saat ini anak-anak sudah sejak dini mengakses internet, sementara anak belum bisa bersifat dewasa dalam mengkonsumsi konten yang mereka akses dari beragam platform digital. Belum lagi, banyak platform digital yang kontennya sejak awal tidak dirancang ramah anak,” urai Syaifullah.
Ada kekhawatiran, kalau tidak didampingi orangtua dan panduan guru yang cakap menguasai literasi digital, anak akan mudah terpapar oleh beragam konten negatif. Bisa terancam cyber bullying, misinformasi, bahkan terjebak beragam kejahatan cyber. ”Jelas, ini tidak kita inginkan sebagai orangtua,” cetusnya.
Dalam webinar bertajuk, ”Literasi Digital untuk Pendidikan Online” yang dimoderatori Fernand Tampubolon, Ahmad Syaifullah tampil bersama tiga narasumber lain. Mereka adalah M. Taufik Saputra dari Kaizen Room yang berduet dengan Seno Adi Nugroho, juga dari Kaizen Room, serta Dr. Saefudin A Syafei, dosen Tarbiyah dari UIN Purwokerto. Hadir pula sebagai key opinion leader finalis Putri Indonesia 2020, Stephanie Cecilia.
Seno Adi Nugroho juga menekankan ihwal pentingnya keterampilan menguasai literasi digital bagi guru, orangtua dan siswa. Sebab, literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital untuk kepentingan mencari, membuat, dan menggunakan serta menyebarkan informasi.
”Literasi digital memungkinkan informasi bergerak cepat dan melibatkan lebih banyak orang di dunia yang lebih luas, tanpa batas, dan seketika (real time),” jelas Seno. Namun, bukan berarti dunia pendidikan online tanpa tantangan. Salah satu yang mesti dijaga adalah plagiarisme.
Menurut Seno, dalam pendidikan online anak tetap mesti dijaga untuk selalu jujur dalam belajar. Setiap menggunakan karya orang lain mesti menyebut sumbernya secara jelas. Sebab, plagiat itu semacam menjiplak atau mengambil karya orang lain yang dalam pendidikan kelas itu seperti mencuri.
”Hukumannya serius: bisa dikeluarkan dari sekolah atau universitas kalau sampai dilakukan dan ketahuan. Makanya, mesti dijaga jangan sampai plagiarisme dilakukan siswa dalam proses belajar,” pesan Seno, mewanti wanti peserta webinar, yang sebagian memang pelajar.
Kalau tantangan dan ancaman semacam itu bisa dihindari, sambung Seno, maka pendidikan online akan menjadi masa depan yang mesti diunggulkan dan dikembangkan. Yang pasti, ada banyak keunggulan e-learning yang menjadi penting di era pandemi yang tak jelas kapan berakhirnya ini.
Keunggulan e-learning, selain berkembang sesuai dinamika zaman, akan membuat anak lebih kreatif. Metode belajarnya juga lebih fleksibel, tidak terikat jadwal belajar. Anak juga bisa belajar kapan saja, di mana saja, tidak harus datang ke kelas, sehingga hemat akomodasi dan transportasi. ”Kuncinya, asal ada akses internet yang terhubung dengan web materi belajar, maka proses belajar bisa dilakukan setiap saat,” simpul Syaifullah di pengujung diskusi.