Minggu, November 24, 2024

Menyelami kebiasaan baru era digital dan persiapkan menjalaninya

Must read

Ada sejumlah kebiasaan baru di era digital yang perlu menjadi perhatian dewasa ini. Tidak sekadar pola komunikasi dan relasi manusia yang beralih dan mulai bergantung sepenuhnya di ruang digital dan perangkat digital.

“Tapi juga pola interaksi yang lebih impersonal, lintas batas umur, budaya, strata sosial, wilayah dan bahasa yang lebih terbuka dan demokratis,” kata redaktur Langgar.co Abdul Rohman saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Siapkan Diri Hadapi Transformasi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Abdul mengatakan kebiasaan baru era digital juga dapat dicermati pada perubahan pola penghidupan ekonomi, pekerjaan, dan aktivitas harian manusia saat ini.

“Ada pola konsumsi juga yang berubah seiring maraknya platform digital yang memberi kecepatan efisiensi dan otomatisasi,” kata dia.

Untuk bisa beradaptasi dan menjalani berbagai kebiasaan baru era digital itu, menurut Abdul perlu persiapan sejumlah hal. Langkah-langkah digital yang mesti disiapkan itu antara lain menjadikan perangkat digital sebagai alat untuk membantu menemukan atau mengasah potensi baik di dalam diri.

“Cobalah memanfaatkan ruang untuk menambah referensi dan membuka pemikiran agar mudah beradaptasi,” kata dia. Lalu bisa juga gunakan platform-platform digital untuk berekspresi dan mengaktualisasikan diri.

“Berselancar digital perlu diimbangi langkah berbasis kebudayaan sebagai usaha diri untuk senantiasa sadar dalam mengarungi realitas digital. Bahwa subjek utama dari teknologi adalah manusia,” tegas Abdul, seraya menambahkan, dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan berkolaborasi di era transformasi digital, kedepankan etika yang berakar dalam kebudayaan Indonesia.

“Jangan terus terpacu berproduksi hingga lupa menjaga emosi dan ketenangan hati, terlalu sibuk berjejaring secara virtual namun kepada yang dekat justru ditinggalkan, orang lebih banyak sibuk berselancar di dunia maya tapi tidak betah berlama-lama sujud dan berdoa dengan yang kuasa,” terang Abdul.

Maka, lanjut Abdul, etika sebagai tata perilaku manusia penting agar ia tahu harus bersikap sesuai dengan fitrahnya. Yakni jujur, adil, bijak dan nilai-nilai baik lainnya yang sudah menjadi norma budaya masyarakat Indonesia. “Nilai nilai itu selayaknya masuk menjadi perilaku dalam mengaruhi realitas digital,” ujar Abdul.

Narasumber lain webinar itu, Muhammad Achadi selalu CEO Jaring Pasar Nusantara mengatakan nilai-nilai luhur Pancasila menjadi modal memasuki fase masyarakat digital yang cerdas, kritis dan tetap berakar budaya bangsa.

“Budaya digital berlandaskan Pancasila itu tentang bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi antar manusia dan alam budaya digital menjadi ikhtiar agar keberlangsungan hidup manusia kian membaik untuk jangka panjang,” kata Achadi.

Ia mencontohkan, budaya digital akan membantu manusia memanfaatkan teknologi untuk merespon perubahan iklim. Iklim yang kian mengkhawatirkan dengan menghadirkan teknologi digital yang ramah lingkungan bebas emisi karbon, minim jejak karbon dan berorientasi pada teknologi hijau.

“Dengan kecanggihan teknologi, otomatisasi berbagai bidang kecerdasan buatan serta penguasaan keterampilan digital mestinya bisa menemukan cara agar bumi berumur lebih panjang,” kata dia. Webinar itu juga menghadirkan narasumber film maker Zahid Asmara, programmer Eka Y. Saputra serta dimoderatori Tommy Rumahorbo serta Safira Hasna selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article