Minggu, November 24, 2024

Tantangan menjadi pendamping belajar anak era digital

Must read

Cara belajar zaman now jelas berbeda dengan zaman dulu. Mohammad Adnan, selaku CEO Viewture Creative Solution mengungkapkan, pembelajaran saat ini lebih mengarah kepada edutainment, sedangkan pembelajaran di masa lalu konvensional.

Ciri pembelajaran konvensional tampak dari antara lain metode pembelajaran satu arah dan berpusat pada materi yang diterangkan guru, serta diselingi metode tanya jawab dan diskusi kelompok.

“Sedangkan pembelajaran zaman now yang mengarah edutainment, satu cirinya metode pembelajaran yang mengajak murid untuk saling bertukar pikiran materi berupa audio visual di mana materi bisa pembelajaran lewat games dan film,” kata Adnan saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Pendidikan Bermutu untuk generasi anak digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Adnan membeberkan cara belajar anak di era digital ini banyak berfokus pada proses auditori dan somatik yaitu melibatkan fisik menggunakan gerakan tubuh di waktu belajar.

Jadi, ujar Adnan, orang tua dan para guru perlu mengetahui cara aktif edukasi anak yang di era ini berlaku sebagai digital native. Misalnya edukasi soal kemampuan memilah media sosial, menyaring informasi, mendistribusi informasi melalui media sosial dan juga kolaborasi.

Namun, kata Adnan, interaksi pembelajaran di media digital itu tetap perlu mengantisipasi dampak negatifnya. Misalnya, untuk mengantisipasi dampak negatif yang didapatkan oleh siswa selama belajar di rumah perlu dilakukan penerapan jam belajar yang sama seperti saat belajar di sekolah.

“Orang tua bisa membuat area belajar yang nyaman, lalu matikan notifikasi gadget untuk menjaga fokus saat jam belajar belajar,” kata dia. Menurutnya sah-sah saja belajar di rumah sambil mendengarkan musik untuk menambah semangat.

“Yang jelas, dalam situasi pandemi ini tetap jalin komunikasi dengan teman-teman terdekat lewat video call atau bermain game online bersama saat akhir pekan,” kata dia.

Orang tua disarankan mengaktifkan Google Family Link untuk mengawasi anak mereka berinteraksi dengan gadget. Sebab setiap platform digital memberlakukan batasan umur pengguna internet yang terjun ke media sosial. Antara lain maksimal minimal berusia 13- 16 tahun.

“Jangan lupa mengatur setelan tontonan ramah anak,” kata dia

Adnan menambahkan, smartphone memang hadir menyediakan fitur-fitur yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan.

Narasumber lainnya, dosen Fisipol UGM Wisnu Martha Adiputra mengatakan generasi anak digital dalam perspektif keamanan digital dicerminkan ketika anak terjaga dengan baik dari konten-konten yang tidak sesuai. Antara lain kecanduan media digital, pornografi, hoaks dan ujaran kebencian.

“Generasi anak dalam bingkai keamanan digital terjadi jika anak aman dan terjaga dari interaksi atau relasi kurang dan tidak baik,” kata dia. Misalnya toxic gaming online atau digital grooming dan mengikuti kelompok-kelompok radikal.

Wisnu mengatakan pendidikan bermutu menjadi ikhtiar era digital sebagai satu usaha sadar dan terencana berkaitan dengan suasana dan proses untuk mengembangkan potensi diri. Di mana anak-anak dapat mengetahui, memahami, menilai dan bertindak dengan baik dan sesuai serta memanfaatkan beragam sumber daya. Webinar itu juga menghadirkan narasumber dosen UNS Muhammad Yunus Anis, conten writer Murniandhany Ayusari serta dimoderatori Dannys Citra serta Arya Purnama selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article