Sabtu, November 23, 2024

Membekali literasi digital demi terjun ke era belantara informasi

Must read

Era digital yang ditandai dengan belantara informasi ini tak ayal membuat arus konten-konten negatif ikut bertebaran bebas, mencari mangsa guna mempengaruhi para pengguna ruang diigital untuk suatu kepentingan pembuat konten negatif itu.

Dosen STAI Al-Husain Dahlia menuturkan agar tak gampang ikut terpapar konten negatif banyak cara  bisa dilakukan pengguna khususnya menguatkan diri dan interaksinya di ruang digital.

“Satu hal mendasar agar tidak terpapar konten negatif itu dengan menguatkan literasi digital, karena itu sumber kekuatan diri pengguna berinteraksi di ruang maya,” ujar Dahlia saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Menguatkan Kebangsaan Antisipasi Radikalisme Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (15/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Dahlia membeberkan, dari literasi digital pengguna setidaknya dibekali kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui teknologi digital.

“Artinya literasi digital membuat kita mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif sekaligus memecahkan masalah dan berkomunikasi dengan lebih lancar dengan pengguna lain serta berkolaborasi dengan lebih banyak orang,” tegasnya.

Dalam literasi digital pula, lanjut Dahlia, pengguna digital salah satunya dibekali kemampuan agar memiliki etika sebagai tata krama dalam menggunakan internet atau netiket.

“Hal paling mendasar dari netiket itu kita akan selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata dia.

Perlu dipahami bahwa ada dua jenis etika dilihat dari konteks ruang digital yaitu one to one communication, berupa komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya dan yang kedua one to many communication di mana komunikasi yang terjadi antara individu dengan beberapa orang atau kelompok atau sebaliknya.

“Urgensi netiket di era digital ini kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital. Jadi ikutlah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” tegasnya. Sebab pengguna internet berasal dari berbagai macam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya, dan adat istiadat.

“Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonimous yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi bermacam fasilitas,” kata dia. Di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis.

Narasumber lain webinar itu, Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada, Zusdi F. Arianto mengatakan dalam literasi digital yang juga ditekankan adalah pentingnya keamanan digital.

“Ini soal keamanan bersama menjaga ruang digital, karena interaksi internet bersifat langsung dan global, di mana kontrol keamanan data ada pada pengguna,” kata Zusdi.

Zusdi mengatakan penipuan di ruang digital seringkali memanfaatkan kelengahan pengguna.

“Keamanan digital penting karena di dunia internet itu ada sifat anonimitas, dimana akun sebagai identitas di dunia digital bisa dipercaya dan bisa tidak. Kita rentan berinteraksi dengan orang yang tidak kita kenal maksud dan tujuannya,” kata dia.

Zusdi mengingatkan juga keamanan digital penting untuk aspek mentalitas. Sebab interaksi di dunia digital tidak hanya orang dewasa saja, melainkan anak-anak dan orang berusia lanjut termasuk penggunanya.

Webinar itu juga menghadirkan narasumber Pemimpin redaksi media online Suarakampus.com Krisno Wibowo, digital marketer A. Zulchaidir Ashary serta dimoderatori Harry Perdana, serta Michelle Wanda selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article