Budayawan Irfan Afifi menyebut pendidikan yang bermutu di era digital itu terjadi ketika proses pendidikan yang diberikan dapat memberikan pemahaman yang utuh untuk menerima, mengolah dan menggunakan dunia digital untuk tumbuh kembangnya nilai-nilai kemanusiaan.
“Dengan pengertian itu, maka tak bisa tidak, pendidikan di era digital ini metodenya adalah keteladanan yang mulainya dari diri sendiri,” kata Irfan
saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Transformasi Digital untuk Pendidikan yang Lebih Bermutu” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes Jawa Tengah, Jumat (15/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200 lebih peserta itu, Irfan menuturkan di tengah pesatnya transformasi digital termasuk sektor pendidikan saat ini, perlunya menyikapi perubahan masyarakat itu dengan sikap yang solutif, tanpa sikap wanti-wanti berlebihan, agar wawasan lebih terbuka.
“Peserta didik bisa lebih banyak belajar, beradaptasi dan mengikuti perkembangan,” kata dia. Tugas guru dan orang tua bagaimana mempersiapkan anak didik bimbingan dan melatihnya memiliki sikap bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan kehidupan digital.
“Jadi dengan kebebeasan dan banyak akses pengetahuan saat ini, pola pengasuhan pendidikan mungkin tidak bisa asal larang lagi, melainkan lebih bersikap rasional pada perubahan, menekankan kreativitas dengan pola pengajaran yang bersifat lebih setara dan tidak menggurui,” kata Irfan.
Misalnya, dalam pengajaran moral dan keagamaan juga tidak lagi bersifat doktriner melainkan pemahaman argumen rasional. “Guru bisa memberi kebebasan yang menekankan tanggung jawab rasional peserta didik,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, pegiat pada Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Suharti menuturkan aspek yang perlu pendampingan bagi peserta didik di ruang digital khususnya dalam seleksi informasi. Agar tak terjebak hoaks atau konten negatif lainnya.
“Ada berbagai cara untuk kebal konten negatif, yakni dengan jujur, lapang dada, toleran, berpikir kritis, saring sebelum sharing, baca informasi secara utuh dan tabayun,” kata dia.
Suharti mendorong budaya berpikir logis dan ilmiah secara bijak di ruang digital. “Lakukan kegiatan bermedsos secara beradab,” kata dia.
Agar bermedia sosial secara beradab, dapat dilakukan dengan memahami syarat dan ketentuan aplikasi, pahami fitur-fitur di aplikasi termasuk fitur keamanan, serta pahami juga kelebihan dan kekurangan masing-masing aplikasi itu.
“Pelajari simbol-simbol untuk berkomunikasi, aktifkan fitur pengaturan privasi untuk melindungi data-data pribadi, dan gunakan fitur report untuk melawan hoaks, bullying, ujaran kebencian pornografi dan kekerasan,” tegas Suharti.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber Dosen Universitas Lancang Kuning (UNILAK) Pakanbaru Khuriyatul Husna, dosen Universitas Budi Luhur Jakarta Anggun Puspita Sari, serta dimoderatori Zacky Ahmad, serta Knyessa Sastrawidjaya selaku key opinion leader. (*)