Selasa, Desember 24, 2024

Milenia dan generasi Z, penentu peluang baru dengan teknologi baru

Must read

Transformasi digital terus berjalan. Hadirnya pandemi Covid-19 tak menghentikan laju perkembangan teknologi digital dewasa ini. Yang jeli, tak melihat itu sebagai musibah yang membuat lemah melangkah, tapi justru melihat banyak peluang baru. Dan, inilah yang terjadi, teknologi baru peluang baru. Dan kaum milenia serta generasi Z yang sedang menjalani peran itu.

Nuralita Armelia, fasilitator nasional dari Kaizen Room mengatakan, kaum milenia dan Z yang berusia 18 s.d. 39 tahun memang sedang menghadapi ujian pancaroba zaman. Mereka mulai beradaptasi dengan dinamika pandemi, yang memaksa semua perilaku berubah. Baik itu bisnis, pendidikan, semua mesti beradaptasi. Dan, penduduk kita yang 274,9 juta itu ternyata 54 persen terdiri dari kelompok produktif itu. Mereka meng-update perkembangan dan takut ketinggalan info, tapi juga masih peduli dengan lingkungan sosialnya.

”Banyak yang sudah berbuat dengan membuat perusahaan rintisan baru, tentu dengan memanfaatkan teknologi digital. Buat generasi ini, show must go on. Go digital atau tertinggal perubahan zaman. Tokopedia, Gojek, Bukalapak dan banyak lagi hanya bagian dari peran generasi ini buat Indonesia masa depan,” papar Nuralita Armelia, saat tampil sebagai narasumber webinar literasi digital, yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Kudus, 14 Oktober 2021.

Kini, kaum milenial penghuni utama ruang digital kita menyadari, begitu mereka masuk ruang digital dengan beragam budaya barunya, mereka sadar sedang menjadi warga milenial. Semua terhubung cepat. Apa yang mereka posting dan koment atau pesan yang ditinggal di dunia maya akan segera diakses jutaan orang lintas batas dan sering seketika.

Jadi memang butuh kehati-hatian dalam bertindak di ruang digital. Karena, tidak semua orang di dunia maya punya sikap dan kepentingan sama. Biasakan cari riset sebelum bersikap, apakah itu meluncurkan produk bisnis, statemen terhadap suatu kondisi, jari kita kadang lebih cepat dari otak kita dalam berbuat sesuatu di jagat digital.

”Kalau kita ceroboh, terburu nafsu, maka bisa merusak reputasi digital kita. Jejak digital menjadi  penentu juga dalam melangkah di ruang digital. Kuncinya, biar tetap aman, jangan suka ingin tahu urusan orang, itu membuat Anda lebih aman dan nyaman di ruang digital,” pesan Nuralita mewanti-wanti 350-an partisipan yang mengikuti webinar dari seputar Kabupaten Kudus.

Nuralita tentu tak sendirian mengupas topik diskusi virtual hari itu, yakni: ”Yuk, Tambah Produktif di Era Digital”. Dipandu moderator Syafiera dan Jonathan Jothenso sebagai key opinion leader, hadir pula tiga pembicara lain. Yakni, kolega Narulita: Rahmat Alfian Pranowo dan M. Taufik Saputra dari Kaizen Room, ditambah Mas Misbachul Munir, fasilitator UMKM desa dari Bantul yang turut meramaikan.

Misbachul melihat di level UMKM, baik yang bermodal kurang dari Rp 50 juta sampai yang lewat Rp 500 juta, kini memang bersaing betul dalam memanfaatkan pasar digital di beragam platform. Yang modal kecil, ngebut mengolah produk lokal baik itu kuliner, seperti bakpia yang kini tak hanya diiisi kacang hijau, tapi daging, keju dan cokelat, serta dikemas menarik agar bisa awet dikirim online ke lintas pulau bahkan luar negeri.

Bakpia pun ikut selera Eropa, kata Misbachul. Karena, daging dan rendang juga di-request oleh selera muda untuk diisikan bakpia dan lumpia. ”Pengusaha yang mau survive ya ikuti selera pasar, bukan memaksakan apa yang bisa dia buat. Kalau maksa hanya jual yang dia bisa produksi, bukan turuti selera pasar, dijamin meski go digital tak lama juga akan sekarat.

Penghuni dunia berubah. Selera penghuninya berubah. Biar survive dan aman, mau tak mau pengusaha di era digital mesti menuruti apa kata dunia dengan segala kebaruannya,” pesan pamungkas Miscbahun.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article