Praktisi pendidikan Imam Wicaksono mengatakan ada berbagai langkah untuk mendeteksi berita hoaks dengan langkah mudah dan sederhana. “Berita hoaks biasanya memiliki judul sensasional dan bombastis, yang dipakai untuk mencuri perhatian dan meninggalkan kesan kepada pembaca,” kata Imam saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Inovasi Desa di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (20/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Imam mengatakan pada berita hoaks, akun yang mengunggah itu biasanya akun samar identitas.
“Waspadai akun dan website yang diindikasi menyebarkan hoaks, biasanya akun-akun palsu dan website palsu yang digunakan untuk menyebarkan berita bohong,” kata dia.
Lalu, kata Imam, biasanya postur berita hoaks juga tidak berimbang. “Perhatikan keberimbangan berita dan sumber berita itu. Sebab semakin banyak fakta dimuat dalam berita itu, maka semakin kredibel informasi tersebut,” kata Imam.
Imam mengatakan sebaran hoaks biasanya dilakukan pula melalui orang terpercaya. Orang terpercaya jadi agen sebaran hoaks karena biasanya tak akan ditolak penerimanya dan muncul anggapan bahwa berita itu benar.
“Hoaks disebar karena dianggap informasi itu bermanfaat dan bisa diaplikasi meskipun kebenarannya diragukan,” kata dia.
Imam mengatakan hoaks kadang juga disebarkan dengan tidak sadar karena merasa ingin menjadi pribadi yang merasa aktual.
Ada beberapa langkah menanggapi hoaks secara cerdas. Yakni dengan cara bersikap tenang dan bijak karena reaksi yang berlebihan dalam menanggapi berita membuat tidak objektif dalam bersikap. Ingat bahwa kita selalu punya jejak digital.
“Jangan teruskan berita tapi renungkan manfaatnya apa dari menyebar berita yang belum jelas bagi khalayak ramai itu,” kata dia. Setiap menerima informasi sebaiknya cek sumber berita. Sebab lembaga penyaji berita yang benar memiliki situs yang terverifikasi.
“Jadi laporkan hoaks itu jika menimpa dirimu, gunakan fitur report dalam aplikasi sosial media dan laporkan pula kepada kominfo,” kata dia.
Imam mengatakan pada akhirnya eksistensi berita hoaks memang harus betul-betul diperhatikan. Pun dengan tidak bisa dianggap problematika sederhana karena berbagai kepentingan faktanya muncul dalam penyebaran berita hoaks.
Narasumber lain webinar itu Albertus Indratno selaku founder dan CEO Namaste.id mengatakan di era digital ini untuk dapat berkembang, harus bersikap inovatif. Inovatif perlu karena persaingan bisnis yang ketat untuk menarik minat konsumen, membangkitkan daerah berkreasi, peluang usaha atau bisnis baru, dan meningkatkan kualitas dan kinerja.
“Ingat, kompetitor tak pernah tidur dan pelanggan tak pernah puas,” kata dia.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber lain seperti Direktur BUMDes Tirta Mandiri Ponggok Joko Winarno, Ketua Forum Kelurahan Digital Kulonprogo Ari Wibowo serta dimoderatori Nabila Nadjib serta Venabella Arin selaku key opinion leader. (*)