Selasa, Desember 24, 2024

Please, jangan mudah tertipu hoaks lagi

Must read

Juli 2021 lalu atau ketika Indonesia sedang gencar-gencarnya melaksanakan PPKM Darurat imbas naiknya kasus Covid-19, ruang digital disodori berbagai informasi menyesatkan.

Salah satunya soal video viral yang memperlihatkan petugas Satpol PP meminta tukang tambal ban untuk melayani pelanggan secara online karena selama masa PPKM Darurat hanya sektor esensial yang boleh beroperasi.

Setelah membuat geger jagad maya, belakangan baru ketahuan bahwa video viral tersebut ternyata telah dipotong alias tidak ditampilkan secara utuh.

“Jadi, please, netizen jangan mudah tertipu, karena dalam video sebenarnya yang utuh petugas Satpol PP itu mengizinkan tukang tambal ban itu untuk tetap buka, bukan memintanya melayani secara online,” kata Muhamat Taufik Saputra, fasilitator nasional saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Jumat (15/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Taufik mengatakan ciri ciri hoaks bisa ditandai mudah dari berbagai aspek.

“Yang utama cirinya, judul provokatif, sumber tak jelas, foto kualitas rendah dan tak relevan, dan biasanya disebar melalui screen shoot,” kata Taufik.

Taufik mengatakan 5,5 persen masyarakat Indonesia masih menganggap semua informasi yang beredar di internet itu dapat dipercaya. Sedangkan 26,1 persen menganggap sebagian besar informasi di internet dapat dipercaya dan 27,5 persen menganggap setengah informasi di internet dapat dipercaya.

“Jadi tidak semua hasil penelusuran mesin pencarian informasi itu benar, tetap diperlukan kompetensi kritis pengguna untuk dapat menyaring informasi yang diperoleh,” kata dia.

Taufik mendorong setiap pengguna menerapkan prinsip STOP hoaks. Yang merupakan kepanjangan dari see atau lihat dan kenali hoaks itu, talk atau diskusikan, observe atau amati dan cermati, dan prevent atau cegah menyebar.

“Sebarkan informasi bermanfaat dan inspiratif, lakukan Siskamling digital, pelajari literasi digital dan bijak bersosial media,” tegasnya.

Narasumber lain dalam lebih dari itu founder dan CEO Namaste.id Albertus Indratno mengatakan, cara kita berinteraksi di ruang digital turut dipengaruhi oleh sudut pandang kita di ruang digital itu sendiri.

Sudut pandang itu bisa berarti cara pengguna melihat kualitas interaksi yang dilakukannya. “Sudut pandang kita di ruang digital perlu evaluasi, apakah perlu diubah atau ditingkatkan,” kata dia.

Sudut pandang yang dianggap kurang baik maka akan membuat pengguna menerima informasi untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma dan hukum serta keadaban.

“Kalau sudut pandangnya sudah baik maka perlu ditingkatkan, khususnya jika melihat tingkat kejahatan cyber mengkhawatirkan,” kata dia.

Webinar itu juga menghadirkan narasumber Gervando Jeorista Leleng (Co-Founder Localin), Septyanto Galan Prakoso (dosen HI Universitas Negeri Surakarta), serta dimoderatori Nadia Intan, serta Ronald Silitonga selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article