Aktif dan produktif itu adalah dua hal yang berbeda.
“Aktif adalah orang yang sibuk dengan berbagai kegiatan tapi belum tentu menghasilkan, sedangkan produktif adalah kesibukan yang menghasilkan sesuatu,” ujar I Gusti Putu Agung Widya Goca selaku dosen Universitas Ngurah Rai saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Kreatif dan Produktif dari Rumah di Masa Pandemi” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Jumat (15/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti hampir 700-an peserta itu, Gusti mengatakan
untuk menjadi produktif harus mempunyai goal atau tujuan yang jelas. Khususnya seperti saat pandemi yang bersamaan dengan era digital ini. Masalahnya ada banyak hal sehingga seseorang tidak menentukan tujuannya.
“Bisa jadi dia tidak serius soal itu, dia tidak mengerti pentingnya memiliki tujuan, atau dia tidak tahu untuk melakukannya. Dia tak membuat gol hidupnya bisa jadi karena sudah merasa takut atau tidak percaya diri dan takut gagal,” kata Gusti.
“Produktif di era digital ini pun tidak berarti bekerja lembur. Jika anda bisa menyelesaikan semua pekerjaan hanya di jam kerja, maka anda sangat produktif,” tambah Gusti. Gusti menuturkan produktif itu adalah kombinasi dari kerja, istirahat, makan yang teratur, dan olahraga.
“Sedangkan kreativitas itu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru yang original, menemukan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru dan membentuk kombinasi yang baru,” ujarnya.
Narasumber lain webinar itu, Direktur Eksekutif LP3ES yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie, Jakarta Fajar Nursahid mengatakan
di masa pandemi yang bersamaan dengan era digital ini, untuk lebih kreatif dan produktif bisa dilakukan dengan beberapa cara.
“Cobalah menggunakan media digital sesuai kebutuhan saja,” kata dia. Sesuai kebutuhan yang dimaksud yakni untuk mencari informasi, jejaring atau berteman, dan hiburan yang secukupnya.
“Budayakan manfaat ketimbang mudharat menggunakan media digital,” kata Fajar. Menurutnya, ada banyak fitur digital yang sangat bermanfaat untuk menunjang produktivitas. Contohnya referensi akademik seperti jurnal, laporan, artikel, dan opini.
“Juga jejaring profesional seperti LinkedIn terus komunitas hobi, jejaring bisnis, atau referensi alternatif profesi seperti content creator, youtuber, blogger juga tutorial dan tips,” kata dia.
Fajar mengatakan patut diketahui bahwa tidak semua informasi bernilai informasi di ruang digital karena prinsip information is something reduce uncertainty.
“Informasi itu hanya mengurangi ketidakpastian,” kata dia.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber praktisi desain Dimas Widjanarko, CEO Viewture Creative Solution Mohammad Adnan, serta dimoderatori Fernand Tampubolon, serta Cinthia Kharani selaku key opinion leader. (*)