Teknologi berkembang terus-menerus dan manusia dituntut bisa cepat beradaptasi dengan perubahan cepat itu. Dalam proses adaptasi itu kita harus sadar bahwa teknologi hanya sebatas alat dan manusia adalah tuannya. “Maka kendalikan teknologi sesuai kebutuhan kita dan jadilah warganet yang cakap digital,” ujar conten writer Kaliopak.com Lukman Hakim Bruno saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Smart School Online: Digital Tatanan Pembelajaran di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (20/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Lukman mengatakan
dalam era digital pahami bahwa media adalah pesan itu sendiri selain pesan yang disampaikan. Media yang digunakan juga sangat penting dan berpengaruh pada sebuah berita.
Sehingga pengguna perlu mengenali dan memahami serta menguasai media tersebut supaya pesan tersampaikan dengan tepat.
Lukman mengatakan ketika manusia dituntut untuk selalu siap dengan perubahan, maka perlu skill relevan yang wajib dimiliki.
Untuk menghindari tersesat di era digital itu, perlu semangat belajar mengajar yang otoritatif, ruang belajar atau metode belajar materi yang diajarkan jangka waktu pembelajaran.
“Meluasnya kesempatan akses informasi, mau tak mau membuat otoritas keilmuan meluas yang memunculkan fenomena matinya kepakaran,” kata dia. Sistem yang telah mapan pun kini mulai dipertanyakan ulang. Sebab berbagai kemudahan dan keinstanan telah membunuh kreativitas dan daya analitis. “Era digital ini seringkali mendahulukan aktualitas, tapi mengabaikan fakta,” kata dia.
Lukman melanjutkan, realitas pembelajaran hari ini menujukkan perkembangan teknologi digital yang sangat besar mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat. Pola lama dalam belajar mengajar turut berubah sehingga diperlukan adaptasi tata kelola baru dalam belajar mengajar.
” Apalagi pandemi Covid membatasi kita dalam banyak hal,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, fasilitator nasional Nuralita Armelia Safitri mengatakan agar pengguna ingat jejak digital mungkin bisa dihapus namun tidak akan bisa dihilangkan.
“Maka sampaikan segala pesan, komentar, ekspresi di media sosial dengan bijak, sopan santun, serta mengikuti etika sekaligus peraturan yang berlaku,” kata dia.
Ia menyoroti berbagai contoh perilaku negatif yang mengabaikan etika digital. Seperti menyebar kebohongan tentang seseorang, mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan via chat, postingan foto atau video yang memalukan atau menyakitkan seseorang, menuliskan kata-kata menyakitkan di komentar, meniru atau mengatasnamakan seseorang, menggunakan akun palsu masuk melalui akun seseorang hingga mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka.
Nuralita pun mendorong adanya etika dalam komunikasi di ruang digital. Seperti menggunakan kata-kata yang layak dan sopan, waspada dalam menyebarkan informasi yang berkaitan dengan SARA, pornografi dan kekerasan, juga menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber dan membatasi informasi pribadi yang ingin disampaikan.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber founder Atsoft Technology Mujiantok, praktisi pendidikan Andika Renda Pribadi serta dimoderatori Dimas Satria serta Rosaliana Inta Pitaloka selaku key opinion leader. (*)