Sabtu, Desember 28, 2024

Efektifkan pembelajaran dengan kenali karakter anak digital

Must read

Orangtua mesti siap menghadapi generasi digital native yakni generasi yang lahir pada zaman digital dan berinteraksi dengan peralatan digital sejak usia dini.

“Digital native ini mereka yang lahir setelah tahun 1990 dan setelah tahun 2000, merekalah penduduk asli dari sebuah dunia yang disebut dengan digital maka perkembangan pendidikan harus disesuaikan dengan karakter peserta didik,” kata dosen UIN Surakarta Abdul Halim, saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (20/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Halim mengatakan generasi digital native itu memiliki sejumlah karakteristik. Antara lain mereka mengagungkan kebebasan sehingga menolak terkekang, mereka bermain bukan hanya berkarya, mereka ekspresif tidak hanya reseptif, mereka cepat dan malas menunggu, mereka mencari bukan menunggu instruksi, mereka mengunggah bukan hanya mengunduh.

“Mereka pun interaktif bukan hanya berkomunikasi searah juga berkolaborasi, tak hanya berkompetisi,” kata Halim.

Sehingga kehadiran internet dan media digital itu memiliki peluang bagi digital native. Yakni efisiensi dan kemudahan dalam berinteraksi dalam bentuk suara, gambar, bahkan video sehingga informasi cepat tersampaikan. “Teknologi itu juga meningkatkan kreativitas serta memperluas jaringan pertemanan,” kata dia.

Halim mengatakan selain peluang tentu saja kehadiran teknologi digital ada sejumlah tantangannya. Kehadiran internet dan media digital seringkali memicu misinformasi dan disinformasi, kurangnya proses interaksi sosial yang positif, kurangnya empati, simpati, kerjasama sehat dengan orang lain dan rendahnya toleransi.

“Tantangan lainnya pengguna akan merasa kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, kurangnya kontrol diri dalam berinteraksi dengan orang lain,” kata dia.

Oleh sebab itu generasi digital native ini perlu didorong mengenali karakter dasar bangsa Indonesia. Bahwa Indonesia itu dikenal dengan masyarakat yang berbudaya dan beretika, toleran, menghargai perbedaan, masyarakat gotong royong dan berketuhanan.

“Karakter ini terangkum dalam nilai dasar Pancasila yang memuat nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan,” katanya.

Karakter dasar masyarakat Indonesia ini bahkan dikagumi oleh warga dunia. Maka digital native melalui kemajuan teknologi ini perlu didorong menjadi manusia Indonesia dengan memanusiakan manusia, meneguhkan kembali fitrah manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi dengan sesama ada kebutuhan setiap individu.

Narasumber lain webinar itu, Razi Sabardi selaku pengamat kebijakan publik digital mengatakan sejumlah hal perlu disadari guru dan murid dalam pendidikan digital ini.

“Generasi anak digital yang dibutuhkan itu adalah karakter yang bersifat kompetitif dan adaptif, individu yang inovatif,” kata dia.

Oleh sebab itu guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan lagi sebagai sumber belajar, melainkan menjadi penghubung yang mampu memfasilitasi belajar anak era digital.

“Agar murid bisa memahami dengan baik penggunaan internet of things serta big data dan semua tentang kehidupan pemanfaatan teknologi digital,” tegasnya.

Menurutnya pembelajaran gaya baru perlu mengkolaborasikan teknologi digital yang membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien serta kaya referensi pembelajaran. Webinar itu juga menghadirkan narasumber lain seperti Yuni Wahyuning (praktisi pendidikan), Murniandhany Ayusari (content writer), serta dimoderatori Nadia Intan serta Safira Hasna selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article