Minggu, Desember 29, 2024

Membangun smart village dengan digitalisasi

Must read

Keragaman budaya yang terjalin dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika menyatukan kita sebagai Indonesia.

Oleh sebab itu perlu sinergi budaya yang difasilitasi konektivitas digital untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Termasuk dalam hal startegi promosi pariwisata dan budaya berbasis digital.

“Konsep-konsep smart village sebagai promosi desa yang menerapkan teknologi tepat guna perlu untuk mengembangkan potensi meningkatkan ekonomi dan menciptakan kemudahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat,” ujar dosen UNS Muhammad Yunus Anis saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Memajukan Pariwisata Desa melalui Media Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Anis mengatakan smart village atau desa pintar diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah inovasi dalam usaha kecil yang berpotensi menciptakan kewirausahaan dan meningkatkan kualitas pelayanan di desa.

“Ini untuk meyakini bahwa jika pariwisata dan budaya daerah berkembang maka pariwisata dan budaya nasional secara kumulatif akan berkembang,” kata dia.

Smart village sebagai upaya mengenalkan pariwisata dan budaya daerah di kancah nasional dan internasional berbasis digital. Maka diperlukan pengembangan dan pengenalan objek yang menjadi daya tarik wisata budaya berbasis digital melalui media digital.

“Dengan cara ini diharapkan destinasi wisata wisata budaya semakin dikenal secara luas hingga internasional, jadikan pariwisata dan budaya daerah sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara Indonesia,” kata Anis.

Namun Anis mengingatkan perlunya memahami digital culture sebagai kemampuan individu dalam membaca, menguraikan membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam kehidupan sebuah budaya, memberi masyarakatnya gagasan tentang cara mendekati keputusan mulai dari bangun hingga tidur sekaligus memberi tentang semua pelajaran hidup yang dapat diterima melalui media termasuk media digital.

Untuk memperluas wawasan, Anis mengatakan perlunya antisipasi fenomena Echo Chamber maupun Filter Bubble yang menciptakan situasi yang membuat kita berhadapan dengan keseragaman.

“Kalau seragam sama dengan kita akibatnya kerap merasa paling benar atas pemikiran kita sendiri karena terhalangi untuk melihat realitas yang lebih beragam di luar sana. Hal ini tentu berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” kata dia.

Dalam segala interaksi tak terkecuali promosi wisata utamakan bahasa Indonesia, pelihara bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Narasumber lain, Tommy Widiyatno selaku pengembang media seni mengatakan, startegi marketing desa wisata digunakan dalam pemasaran pariwisata berkolaborasi dengan konten kreator dan influencer serta dilaksanakan di media media berbayar, media sosial, dan endorser.

“Selain itu promosi juga menggunakan film bekerja sama dengan film merk maker,” kata dia.

Tommy mengingatkan dalam upaya promosi ini penting soal pemahaman
perlindungan data pribadi. Ini menyangkut keamanan daring dan privasi individu terkait penyimpanan data atau dokumen foto, video, transaksi bank, hingga jual beli online.

Webinar yang dimoderatori Zacky Ahmad itu juga menghadirkan narasumber dosen UMS Solo Yudha Wirawanda, dan Konsultan IT M. Fadlulah, serta Gloria Vincent selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article