Dunia maya tak ubahnya juga dunia nyata. Hanya saja, untuk menyambung silaturahmi dengan sesama, orang memanfatkan media digital (media sosial) sebagai sarana perantara. Tak heran, jika di dunia digital juga banyak terjadi penyalahgunaan media sosial oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kegiatan penipuan.
“Untuk itu, ketika berada di ruang digital, yang harus diamankan terutama ialah perangkat keras dan perangkat lunak. Selain itu, keamanan dan perlindungan identitas diri diberbagai platform juga harus dilindungi,” ujar Zain Handoko saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kemneterian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (25/10/2021).
Zain Handoko mengatakan, ketika para netizen berada di ruang digital hendaknya harus selalu waspada. Apalagi, mengingat dunia maya sangat rentan terjadi penipuan terhadap sesama pengguna internet. Beragam kejahatan siber di Indonesia yang menurut catatan kepolisian jumlahnya mencapai 258 ribu kasus pada periode bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2020.
”Karena dari tahun ke tahun kecenderungannya selalu meningkat, untuk itu kita harus selalu waspada ketika berada di ruang digital. Kejahatan dunia maya selalu mengintai kita setiap saat. Jangan sampai lengah, kenali lawan bicara ketika berinteraksi di dunia maya,” pesan Zain Handoko kepada 350-an peserta webinar.
Zain menjelaskan, sesuai data laporan tersebut penipuan sering terjadi lewat email, watshap, instgram, dan penggilan melalui telepon seluler. Aplikasi tersebut, sering digunakan untuk penipuan di dunia maya. Maraknya terjadi penipuan di internet, menurutnya juga disebabkan karena pengguna internet di Indonesia sangat besar. Di samping itu, pengetahuan terhadap dunia maya masyarakat rata-rata juga masih minim.
“Banyak pengguna internet, tidak tahu atau tidak paham tentang aturan yang ada di dunia maya. Rata-rata dari mereka, hanya bisa main internet, tetapi tidak tahu cara berinternet yang benar,” pungkas pengajar pesantren Aswaja Nusantara itu.
Terkait pemahaman dan pengetahuan berinternet, Muhammad Ihsan Fajari berpendapat, bahwa setiap pengguna internet seharusnya tahu dan memahami cara kerja dunia maya. Sudah semestinya mereka juga paham bahwa dunia internet sangat riskan terhadap tindak kejahatan. ”Ketika berada di ruang digital, pastikan semua perangkat dalam keadaan aman,” tegasnya.
Menurut Ihsan, salah satu pintu masuk kejahatan dunia maya ialah ketika kita kurang berhati-hati dan mudah menerima pertemanan melalui media sosial. Untuk itu ia berpesan agar tidak sembarangan menerima pertemanan, apalagi dengan orang yang tidak dikenal. Sebaiknya tidak perlu mengkonfirmasi permintaan pertemanannya.
“Berawal dari pertemanan dengan orang yang tidak kita kenal, bisa mangakibatkan terjadinya penipuan dan pelecehan seksual. Perlu diperhitungkan untuk tidak menerima mereka sebagai teman di dunia maya,” jelas entrepreneur sekaligus pendidik itu.
Ada beragam kepribadian dan latar belakang penghuni dunia maya. Agar aman dan selamat dari jebakan maupun ancaman dunia maya, sebaiknya hanya peduli dengan informasi yang baik dan dari sumber yang jelas serta kita kenal penyampainya.
Adapun ketika menerima informasi di dunia maya, sebaiknya ditelesuri terlebih dahulu dari mana dan siapa sumbernya. ”Dengan adanya literasi digital, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami tentang dunia digital. Kita tahu, bahwa pengguna internet di Indonesia, terdiri dari beragam latar belakang pendidikan yang tentu berpengaruh pada pola pikir masing-masing individu,” terang Huhammad Ihsan Fajari. Dipandu moderator entainer Zacky Ahmad, webinar bertema ”Langkah-Langkah Mengantisipasi Kejahatan Di Ruang Digital” ini juga menghadirkan narasmuber Ali Rahmat (Dosen STAI Al Husain), Krisno Wibowo (Pemimpin Redaksi Media Online Swarakampus.com), dan Jeje Gameta (Duta Wisata Jawa Tengah 2019) selaku key opinion leader.