Minggu, November 24, 2024

Guru mesti pandu dan pilihkan materi belajar agar siswa tak terpapar noise negatif

Must read

Ruang digital, ruang baru belajar bagi siswa yang terpaksa ditekuni lebih dini karena serangan pandemi, memang memberi kamandirian dan kebebasan baru dalam belajar siswa. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber materi informasi dalam belajar siswa. Dengan kecakapan mengakses konten digital yang borderless, siswa makin mandiri berburu link informasi mata pelajaran untuk memperkaya wawasan belajarnya. Semua makin mudah dan cepat, juga tak terbatas.

”Tapi guru mesti tetap selalu mendampingi siswa, memilah dan memilihkan link yang boleh diakses dengan bijak. Jangan bebaskan semaunya siswa memilih materi. Kalau dibebaskan, besar risiko anak dalam belajar terpapar konten negatif. Bukan hanya mengonsumsi hoaks atau berita bohong, bisa mencandu gim online, mengarah perjudian, pornografi dan ajaran radikal yang kadang dibungkus dalam tontonan film yang menarik tapi dibumbui ajaran radikalisme,” kata Daru Wibowo, konsultan digital marketing.  

Daru menambahkan, kalau guru tidak ambil alih peran membimbing dengan bijak, kalau sampai mengalami kecanduan konten yang negatif, jelas akan membuat proses belajar di kelas online bukan hanya tak maksimal, tapi bisa gagal mencapai target. Yakni, mencetak siswa mandiri dan berprestasi, kompeten di bidangnya,” papar Daru Wibowo saat berbicara dalam webinar literasi digital bertajuk ”Literasi Digital, Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa dan Guru”, yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, 26 Oktober 2021.

Diikuti lebih dari 750 peserta secara daring dari seantero Kabupaten Bantul, webinar dibuka dengan keynote speech Wakil Bupati Bantul, Joko B. Purnomo, yang sangat berharap masyarakat Bantul memanfaatkan webinar untuk meningkatkan kecakapan digitalnya dan mengambil ilmunya, menangkap peluangnya dan meningkatkan kecakapannya.

Selain Daru Wibowo, yang dipandu moderator cantik Cherryl Hatumesen, tampil juga pembicara lain: Edy Budiarso, wartawan senior yang juga Managing Director Indoplus Communication; Choirul Fadjri, Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta; dan Yuni Wahyuning, praktisi pendidikan, serta Cynthia Ardilla, entertainer dan CEO CV Nirwasita Hutama sebagai key opinion leader.

Yang mulai luntur tapi mesti terus dijaga adalah kesantunan dan etika siswa di dunia maya. ”Memang, ruang digital memudahkan dan mempercepat silaturahmi, tapi siswa tetap harus menjaga tatakrama saat berinteraksi dengan guru. Ada guru yang egaliter, tapi yang semestinya dilakukan tetap sama seperti dunia nyata. Hargai waktu istirahat guru, jangan tengah malam chat guru. Saat mau izin sekolah atau melakukan kesalahan, biasakan permisi atau minta maaf pada guru. Etiket dalam berdigital sama dengan dunia nyata, saling hargai, dan sopan santun tetap mesti dijaga,” pesan Yuni Wahyuning.

Di luar itu, guru dan orangtua juga mesti melatih sikap kritis dan bijak pada siswa saat menemukan atau menerima informasi yang kebenarannya diragukan.

”Cek kebenaran informasi di beragam aplikasi. Cek fakta di Google, Yahoo dan banyak aplikasi lain. Jaga sikap kritis. Kalau siswa menemukan hal yang maragukan, walau berasal dari sumber teman atau bahkan guru, pikir ulang. Jangan keburu sharing ke teman, atau ruang publik digital. Karena jejak digital kalau sampai salah posting akan rusak dan susah dihapus. Pikir risikonya sebelum berbagi info di ruang digital. Meski bebas, tapi tetap bijak dan cerdas menyikapinya,” kata Yuni Wahyuning, mewanti-wanti.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article