Minggu, November 24, 2024

Kreator konten dan jual snack, gaya baru masyarakat pintar di era digital

Must read

Tak terpikir oleh Hendra sebelumnya, kalau dengan smartphone dan laptop second-nya, kini ia bisa memulai bisnis baru menjadi kreator konten di masa pandemi. Dengan men-download beberapa software, Adope Fotoshop, Animaker, Video MaksRF sampai belajar Kinemaker buat bikin video fim pendek dan Adobe Foto Pro. Untuk apa keterampilan digital baru ini?

”Semua keterampilan baru yang dia kuasai kini menjadi modal jual jasa membuatkan video atau foto promosi banyak UMKM di sekitar rumahnya, dan diposting di beberapa marketplace. Jasa Hendra dibutuhkan banyak orang. Dia bikinkan video pendek toko roti dengan beragam produk menarik, juga tas batik maupun wisata desa sebelah. Dia buatkan video pendek dengan narasi menarik yang mengundang orang berkunjung ke sana usai menonton konten buatan Hendra di Youtube atau Instagram. Ini adalah cara baru menangkap banyak peluang dan menjadi masyarakat yang pintar di jagat serba digital. Kuncinya hanya jeli, kreatif, dan mau belajar cepat,” cerita Ahmad Khoirul Anwar, dosen Desain Komunikasi Visual, Universitas Sahid Solo, saat berbagi pengalaman dalam webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kota Yogyakarta, 26 Oktober 2021.

Peluang cerdas juga ditangkap Nyoman Sukmawati, ketika – sembari antar jemput menunggui anak sekolah dengan ponselnya – ia potret patung-patung pengrajin di dekat Pantai Kuta dan kaos batik cantik, lalu dia posting di Instagram komunitas wisata Bali.

”Secara konvensional dijajakan di sekitar hotel wisata Pantai Kuta. Saat banyak turis Nusantara dan luar negeri tertarik dan penjual malas ngurusin kirim barang, saya bisa tangkap pesanan lewat Instagram. Asal sudah transfer, wisatawan enggak usah repot bawa oleh-oleh Bali-nya. Pilih barang di Instagram, transfer, nanti saya kirim ke tujuan. Tak hanya patung dan kaos seni. Beragam snack khas Bali dia posting di Instagram juga jadi oleh-oleh yang dia tawarkan. Tinggal pesan di Instagram, dikirim camilan keripik salak dan pai susu Bali, juga kacang disco buatannya ke seluruh Indonesia, bahkan sampai Australia. Ini jadi peluang baru wisata Bali,” cerita lain kepintaran tetangga di era digital seperti diuraikan Desyanti Suka Asih, dosen UHN Sugriwa Bali.

Khoirul dan Desyanti membagikan kisah sukses orang-orang dekatnya dalam webinar literasi digital bertopik, ”Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar” yang diikuti 500-an lebih warga kota Yogyakarta secara daring. Selain mereka berdua, webinar yang dipandu moderator Nabila Nadjib itu, juga menghadirkan pembicara lain: Irfan Afifi, budayawan dan founder langgar.co; Madha Soentoro, etnomusikolog dan penggiat seni tradisi, serta Steve Angkasa, Certified Nutritions yang tampil sebagai key opinion leader.

Kuncinya, gali potensi inovasi kreatif produk lokal dengan pola marketing baru. ”Show up, tunjukkan dengan promosi di beragam platform digital, potensi lokal yang bisa dibuat mengglobal. Pai Bali yang satu rasa ditawarkan beragam rasa baru yang disuka lintas daerah. Foto yang menarik, lalu kirim dengan kemasan menarik, dengan begitu pasar dengan selera baru bisa diciptakan. Kalau kerajinan tak bisa dibuat sendiri, kolaborasikan dengan banyak perajin seluasnya di Bali. Jadilah raiser, pengumpul dan pemasar produk. Cukup jual fotonya. Kalau order masuk, tinggal jemput dan lunasi produknya. Dengan begitu kita bisa makin menghidupi banyak orang dengan tool digital,” saran Irfan Afifi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article