Minggu, November 17, 2024

Transformasi digital menggeser dunia offline menjadi online

Must read

Transformasi digital di masyarakat telah menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. Kini semua aktivitas tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Transformasi digital diharapkan mampu mendorong pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan berlangsung lebih efektif dan efisien.

”Transformasi digital ditandai dengan pergeseran pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku masyarakat dalam akses dan distribusi informasi terus berlangsung hingga kini,” ujar Joko Paripurno saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (29/10/2021).

Dalam diskusi virtual bertajuk ”Transformasi Digital untuk Pendidikan yang Lebih Bermutu”, Plt. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Buluspesantren Kebumen itu menyatakan, transformasi digital membantu masyarakat semakin mudah dalam mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital.

”Banyaknya platform dengan ragam fitur dan inovasi yang ditawarkan membuat media komunikasi yang kian interaktif. Inovasi platform juga sangat membantu dan mempermudah dalam proses pembelajaran online,” tutur Joko Paripurno.

Menurut Joko, transformasi digital adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Transformasi tak hanya menyentuh bidang pendidikan, namun ia juga mengubah bentuk relasi sosial maupun kebudayaan manusia. ”Yang paling nyata telah mengubah praktik pendidikan dari manual based menuju electronic based,” tegasnya.

Transformasi digital dari offline ke online, menurut Joko, juga membuat pendidikan semakin murah lantaran tidak adanya pertemuan langsung sehingga menghilangkan biaya transportasi. Selain itu, transformasi dari offline ke online tidak membutuhkan gedung, menjangkau kalangan lebih luas, dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

”Tantangannya ialah bagaimana menyiapkan pendidik yang paham dan mumpuni dunia digital, mengingat peserta didik adalah generasi digital yang selalu mengakses Google, Yahoo, atau mesin pencari lainnya, sehingga kemampuannya jauh lebih cepat maju ketimbang guru,” tutupnya.

Narasumber lain dalam webinar ini, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang Amir Mahmud menyorot persoalan pentingnya penerapan etika digital di era yang serba digital. Ruang lingkup etika digital, menurut Mahmud, yaitu terkait persoalan melakukan sesuatu dengan sadar dan memiliki tujuan (kesadaran), melakukan sesuatu dengan jujur (integritas), melakukan kabaikan, dan kemauan menanggung konsekuensi dari perilaku diri sendiri (tanggung jawab).

”Era digital menuntut masyarakat memahami etika berinternet (netiket), pengetahuan mengenai hoaks, ujaran kebencian, pornografi, perundungan dan konten negatif lainnya,” ujar Sekretaris MUI Kabupaten Semarang itu.

Selain itu, era digital juga dituntut pemahaman dan pengetahuan dasar interaksi, partisipasi, kolaborasi di ruang digital, maupun pengetahuan bertransaksi dan berinteraksi secara elektronik.

Dipandu moderator presenter Fikri Hadil, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Erlan Primansyah (Technology Entrepreneur & Innovation Warrior), Nuzran Joher (Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI), dan kreator konten Aprilia Ariesta selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article