Saat ini telah terjadi transformasi digital berbagai aspek, sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat dan konsumen menuju ke pola hidup digital dalam berinteraksi dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Transformasi digital ini ditandai dengan ciri informasi mengenai pelayanan publik yang dapat diakses oleh siapa pun dan dari mana pun.
”Informasi lebih terbuka dan transparan,” kata Founder & CEO Jogjania.com, Jota Eko Hapsoro dalam webinar literasi digital dengan tema ”Keterbukaan Informasi Publik untuk Kesejahteraan Masyarakat Desa” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, pada Senin (01/11/2021).
Jota mengungkapkan ciri lainnya yakni informasi bisa lebih cepat disampaikan dan dapat dengan segera merespons. ”Kemudian, pelayanan menjadi lebih efektif dan terukur dengan berbagai parameternya,” ujarnya.
Menurut Jota, adanya tranformasi digital ini pun berdampak pada pengembangan media digital yang ada di desa.
Warga desa biasa menggunakan aplikasi WhatsApp yang mana estimasi pemakaiannya saat ini di Indonesia sudah ada sekitar 70 juta pesan instan dikirim melalui whatsapp dan facebook messenger. Selain itu juga diketahui penggunaan Instagram yang diketahui sudah ada sekitar 695 ribu postingan instagram stories diunggah di internet dalam satu menit.
Dalam penggunaan platform digital tersebut, perlu adanya digital safety yang dimiliki, yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan digital safety itu untuk meminimalkan kejahatan di dunia digital, seperti konten provokatif, hoaks atau yang mengandung ujaran kebencian, penipuan online, konten porografi yang berbedar di media sosial dan godaan yang dapat menyebabkan pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya.
Jota mengatakan percepatan transformasi digital tanpa adanya edukasi dan literasi digital menyebabkan rendahnya etika digital, kurangnya kewaspadaan, lunturnya budaya bangsa, hingga kurangnya kecakapan dalam memaksimalkannya.
Menurut Jota, perlu adanya pengembangan sumber daya manusia desa yakni berupa pelatihan keahlian digital kreatif yang berkelanjutan, memfasilitasi tempat kolaborasi digital kreatif di desa, dan dengan penguatan digital. “Dengan begitu, desa lebih siap menghadapi tantangan,” ujarnya.
Narasumber lainnya, Dosen Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Muhammad Arwani lebih menekankan pada pentingnya memiliki etika dalam bermedia sosial.
Menurutnya, etika digital itu penting karena penetrasi internet yang tinggi dalam kehidupan masyarakat. Kemudian perubahan perilaku masyarakat dari media konvensional ke digital, baik itu untuk belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berjejaring sosial. “Situasi pendemi Covid-19 ini juga yang memicu percepatan interaksi digital,” ujarnya.
Adapun prinsip dari etika digital ini yaitu kesadaran diri atau tahu diri sebagai pengguna digital. Kemudian tanggung jawab, ingtegritas, dan menerapkan nilai-nilai kebijakan atau dejarat kebaikan kemanusiaan.
“Untuk cerdas dalam memanfaatkan media sosial, yaitu menanamkan niat sunggung-sungguh dalam bermedia digital, menentukan passion atau kecenderungan maupun hoby dalam bermedia sosial. Selanjutnya menentukan tim dan kolaborasi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan,” ucapnya.
Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Sukamto Priyowoto (Kepala Desa Sendang Kabupaten Wonogiri), FX Handoko Agung (Komisioner Komisi Informasi Jawa Tengah), dan Duta Wisata Jawa Tengah 2019, Sri Rezeki, selaku key opinion leader.