Era transformasi digital mendorong masyarakat untuk lebih cepat melakukan adaptasi, khususnya kelompok masyarakat digital imigran. Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah Swarnawati mengatakan, untuk bisa masuk ke era transformasi ini perlu digital mindset. Yaitu, pola pikir dengan kesadaran pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara maksimal untuk menunjang produktivitas positif.
Dengan digital mindset, ujar Aminah Swarnawati, dapat membangun budaya digital yang kemudian berproses sehingga mampu menggunakan TIK. Budaya digital secara signikan akan membentuk cara berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi yang artinya teknologi dan internet menjadi bagian dari gaya hidup baru.
”Budaya digital merupakan bentuk gaya hidup di era ini yang ditopang teknologi modern. Namun tetap memiliki wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila, dan kebhinekaan dalam bermedia digital. Di luar sebagai masyarakat digital, kita juga bangsa Indonesia yang memiliki budaya. Jadi, bagaimana nilai-nilai budaya lokal kita dibawa ke ranah digital,” ujar Aminah saat berbicara dalam webinar literasi digital bertema ”Bijak Bermedia Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Yogyakarta, Selasa (2/11/2021).
Bijak bermedia dalam koridor budaya menurutnya adalah mampu membangun budaya sopan di ranah digital utuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Salah satunya dengan membangun toleransi dalam mewujudkan masyarakat yang rukun dan damai melalui konten-konten di ruang digital.
Selain berbudaya digital, Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Choirul Fajri menambahkan bahwa transformasi digital juga perlu didorong dengan peningkatan kecakapan literasi digital yang salah satunya adalah mengasah kembali keterampilan-keterampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Secara garis besar kecakapan itu meliputi digital skills, digital culture, digital safety, dan digital ethics.
”Media digital memberikan kebebasan kepada setiap penggunanya, baik dalam akses informasi, memproduksi dan mendistribusikan pesan sehingga membuat orang menjadi lebih berani dalam berekspresi,” jelas Choirul Fajri.
Kebebasan berekspresi ini harus dibarengi dengan kompetensi cakap digital yang meliputi kemampuan untuk mengakses dan memahami informasi. Kemudian cakap dalam menyeleksi, menganalisis, memverifikasi, dan mengevaluasi informasi sebelum diunggah atau dibagikan ke ruang publik. Serta ikut berpartisipasi dan melakukan kolaborasi untuk memproduksi konten dengan bijak.
”Karena tujuan bermedia digital adalah menciptakan security culture, yaitu untuk meminimalisir risiko terhadap aktivitas digital yang kita lakukan,” imbuhnya.
Mia Angeline yang merupakan Dosen Universitas Bina Nusantara mengatakan ada beberapa risiko online yang sering ditemui pengguna media digital. Di antaranya adalah risiko konten seperti konten-konten negatif dan hoaks; risiko kontak karena melakukan kontak dengan pelaku kejahatan online seperti penipuan; dan risiko tindakan seperti ujaran kebencian, dan perundungan.
Risiko-risiko dalam bermedia daring perlu dimitigasi dengan melakukan perlindungan keamanan, mulai dari melindungi perangkat, melindungi data yang tersimpan di dalam perangkat, serta melindungi korban atau calon korban dari tindak kejahatan digital.
”Cara basic melindungi gawai adalah dengan memakai lockscreen dan autentikasi dua langkah agar akses ke perangkat atau akun digital itu tidak mudah dilakukan oleh orang lain. Rutin memperbarui password dan tidak sembarang meminjamkan gawai kepada orang lain, serta memasang antivirus dan firewall untuk memproteksi dari serangan virus yang mengancam keamanan data dan perangkat,” jelas Mia Angeline kepada hampir seribu peserta webinar.
Lalu, melindungi data dengan tidak mengumbar informasi pribadi seperti foto, data kependudukan, dan data penting lainnya di ruang publik. Ketika menerima informasi harus dicek kebenarannya, verifikasi data dan faktanya agar tidak terlibat sebagai penyebar hoaks. Biasakan membaca dulu sebelum klik setuju ketika install aplikasi dan selalu back up data.
”Karena mau belajar bijak kita harus bisa menjaga diri. Ketika menemukan konten negatif dapat melapor ke kanal aduan konten, atau jika itu adalah penipuan transaksi bisa lapor ke OJK. Kemudian memblokir akun bersangkutan, serta mendampingi korban yang mengalami penipuan atau kejahatan lainnya,” pungkasnya.
Diskusi virtual ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI. Kegiatan hari ini dipandu oleh news anchor Dannys Citra bersama news presenter Brigita Ferlina yang menjadi key opinion leader. Juga, Jeffry Yohanes Fransisco (CEO Jf Autowear) sebagai narasumber.