Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar membangun infrastruktur telekomunikasi untuk mengurangi kesenjangan akses jaringan internet di tanah air. Salah satunya dengan membangun satelit Satria yang ditargetkan bisa beroperasi pada 2023 nanti.
“Satelit Satria diperkirakan akan membantu meningkatkan kecepatan internet di 150.000 titik layanan publik yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Bevaola Kusumasari, dosen Fisipol UGM saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Menyikapi Kesenjangan Digital Antar Gender dan Kelas Sosial” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (5/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Bevaola mengatakan, Kominfo juga menargetkan pada 2022 mendatang seluruh desa dan kelurahan bisa tersambung ke jaringan 4G. “Kesenjangan digital menunjukkan kondisi dimana terdapat adanya kesenjangan pada masyarakat mengenai pengetahuan dan juga kemampuan dalam mengakses segala bentuk teknologi informasi dan komunikasi,” ujarnya.
Penyebab utamanya kesenjangan digital di Indonesia yakni kurang memadainya infrastruktur yang ada seperti internet listrik komputer dan sebagainya.
Di kota-kota besar di Indonesia banyak masyarakat yang memiliki komputer bahkan setiap hari mereka bisa mengakses internet. “Tetapi banyak yang bisa mengakses internet itu tidak menghasilkan apapun,” tuturnya.
Kesenjangan digital juga menyangkut tentang literasi digital di Indonesia yang masih terhitung rendah di mana peringkat literasi digital indonesia, berangkat berada di peringkat 56 dari 63 negara dunia. Digital gap antara laki-laki dan perempuan sebesar 21 persen artinya akses internet dan teknologi digital kepada perempuan masih terbatas.
Bahkan, Bevaola mengatakan, berdasarkan hasil penelitian BPS pada tahun 2012-2018, rata-rata penggunaan internet di Indonesia di wilayah perkotaan sebesar 70 persen namun pada wilayah pedesaan hanya berkisar 40 sampai 48 persen.
“Dan lebih dari 20 persen rumah tangga di wilayah urban yang memiliki komputer. Sedangkan kecepatan unggahan di Jakarta sebesar 20 sampai 25 kali lebih cepat ketimbang kota-kota di Indonesia bagian timur seperti Ambon dan Jayapura yang hanya memiliki kecepatan rata-rata 300 kbps,” kata Bevaola.
Oleh karena itu pembangunan infrastruktur menjadi jalan untuk mengatasi kesenjangan digital.
Narasumber lain webinar itu, Ismita Saputri selaku CEO Kaizen Room mengatakan, untuk mengatasi kesenjangan digital kita perlu membantu pemerintah.
“Dibutuhkan kolaborasi aktif untuk membangun dan meratakan penyebaran teknologi di Indonesia, khususnya bagi kita yang memiliki keterampilan digital milenial yang ingin dibagikan tentu bisa membantu pemerintah dalam mengatasi hal ini,” kata dia.
Misalnya saja membagikan ilmu yang dimiliki melalui perbuatan konten video edukasi yang nantinya bisa membantu putra-putri daerah untuk meneruskan ilmu tersebut. “Bagi yang bisa dengan mudah mengakses internet, saring sebelum sharing, jangan asal saring tapi verifikasi dulu,” kata dia.
Webinar yang dimoderatori Dimas Satria itu juga menghadirkan narasumber budayawan Jadul Maula, praktisi hukum Riffan Azzam, serta Shafa Lubis selaku key opinion leader.