Mohammad Adnan dari Viewture Creative Solution membeberkan sejatinya sebuah konten digital dapat diolah dalam beragam format. Mulai dari bentuk teks dan tulisan, gambar, video, audio atau pementasan dan kombinasinya. Tujuan konten diciptakan agar dibaca, dilihat, dan mudah dibagi melalui platform media digital seperti laptop, tablet, bahkan smartphone.
“Hanya saja, banyak yang memanfaatkan pengetahuannya untuk membuat konten dengan tujuan negatif sehingga konten negatif pun banyak jenisnya,” kata Adnan saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, Adnan memaparkan konten negatif diklasifikasikan umum sebagai segala jenis informasi di media sosial yang sifatnya dapat merusak kesehatan, kesejahteraan dan hubungan antar pengguna di dunia digital sehingga wajib diperangi.
Konten negatif seperti ujaran kebencian, cyber bullying, pornografi kekerasan, radikalisme, narkoba hingga perjudian. “Yang paling diwaspadai tentu saja salah satunya hoaks karena tingkat bahayanya,” kata Adnan.
Hoaks adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoaks biasanya berupa rangkaian informasi yang memang sengaja dibuat dan disebarkan serta dijual sebagai kebenaran.
“Penyebaran informasi palsu terkait Covid-19 bahkan lebih cepat dari penularan virus itu sendiri. Dampaknya justru lebih mematikan dari virus itu sendiri” ujar Adnan mengutip pernyataan ketua pelaksana harian mitigasi pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Mahesa Paranadipa.
Hoaks, lanjut Adnan, merupakan sebuah kebohongan yang dikarang sedemikian rupa oleh seseorang untuk menutupi atau mengalihkan perhatian dari kebenaran yang digunakan untuk kepentingan pribadi baik secara intrinsik ekstrinsik.
Ciri-ciri hoaks adalah ketika berita itu menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan, sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi.
“Hoaks ini pesannya sepihak, menyerang dan tidak netral atau berat sebelah dan mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal serta memanfaatkan fanatisme atau nama ideologi agama juga dan pengantarnya provokatif,” kata Adnan.
“Isi hoaks juga cenderung menyimpang dari isinya, minta agar bisa dan viralkan memanipulasi foto dan keterangan,” tambahnya.
Jadi mari membuat konten kreatif yang positif. “Kenali karakter diri produk atau brainly, riset, sinergi karakter dengan hasil riset dan kreasi dan modifikasi,” kata dia.
Pengasuh Ponpes Sains Trensains Muhammadiyah Sragen Agus Widayoko mengatakan di era digital ini literasi yang perlu dikuasai antara lain literasi baca tulis, numerasi, sains digital, budaya dan finansial.
“Literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis, yang membawa kemampuan individu dalam mengolah informasi pengetahuan untuk kecakapan hidup,” kata dia. Menurutnya pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu butuh kecakapan literasi.
“Dengan adanya literasi kita akan bisa mewaspadai hoaks yang punya motivasi propaganda, provokasi, keuntungan, eksistensi dan partisipasi,” kata dia.
Webinar yang dimoderatori Nabila Najib itu juga menghadirkan narasumber CEO JF Autowear Jeffry Yohanes, Ketua YPP Walisongo Sragen M. Afif, serta Suci Patia selaku key opinion leader.