Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (9/11/2021), kali ini dengan tema diskusi “Literasi Digital Dalam Mendukung Merdeka Belajar”. Melalui kegiatan ini pemerintah mengajak masyarakat untuk meningkatkan kompetensi literasi digital yang meliputi digital ethics, digital skill, digital culture, dan digital safety.
Diskusi dipandu oleh Ayu Perwari (penari tradisional) dan diisi oleh empat narasumber: Muawwin (Penulis), Casmito (Pengawas Madrasah Tingkat MTs Kankemenag Kendal), Hery Nugroho (Guru PAI), Tatik Pudjiani (Pengawas Madya). Serta Tya Yuwono (Mompreneur) sebagai key opinion leader.
Literasi digital merupakan bekal penting dalam proses adaptasi transformasi digital, dalam sektor pendidikan literasi digital akan sangat membantu penerapan program merdeka belajar yang digagas Kemendikbud. Dan salah satu kompetensi literasi digital yang wajib dipahami adalah dari segi keamanan digital.
Muawwin mengatakan, dunia maya itu sama halnya ketika di dunia nyata, sama-sama ada isu keamanan. Khususnya terkait data pribadi, ia mengibaratkannya sebagai “rumah” yang mesti dilindungi agar terhindar dari upaya orang asing yang berniat masuk dengan tujuan negatif. Namun yang menjadi persoalan dalam penggunaan internet, masyarakat cenderung mudah mengumbar data sehingga perangkat dan piranti lunak mudah diakses pihak luar.
Langkah menghindari ancaman keamanan di ruang digital salah satunya ditentukan bagaimana perilaku digital seseorang. Melihat karakter warganet yang ekspresif, ada baiknya menyimpan secara luring data penting yang bersifat rahasia. Membuat kata sandi juga merupakan hal yang lazim untuk meningkatkan keamanan digital, khususnya jika memang terpaksa menyimpan data di ruang digital.
”Kata sandi perlu dibuat dengan kuat menggunakan kombinasi angka dan huruf yang susah ditebak, agar piranti tidak mudah diretas dan disalahgunakan. Kebiasaan menggunakan kombinasi tanggal lahir sangat berisiko, apalagi jika satu password digunakan untuk banyak akun. Juga aktifkan two factor authentication sebagai perlindungan ganda. Memang sedikit repot tapi itu adalah bentuk ikhtiar kita untuk aman,” ujar Muawwin kepada seratusan peserta webinar.
Dalam menggunakan internet lebih baik menghindari menggunakan wifi publik yang gratis, khususnya ketika mengakses transaksi elektronik atau mengisi data penting. Juga yang perlu diperhatikan adalah mencermati tautan yang mencurigakan.
“Kita mudah tertarik dan tergoda mengisi kuis online, penawaran gratis, game online yang sebenarnya menawarkan umpan balik dan ujungnya untuk mencuri data. Periksa keandalan situs saat mencari informasi. Ciri situs yang aman itu selalu diawali dengan HTTPS, dan ada tanda gembok berwarna hijau yang menandakan bahwa itu aman,” imbuhnya.
Pengawas Madrasah Tingkat MTs Kankemenag Kendal Casmito menambahkan bahwa di era transformasi digital penting untuk memiliki kecakapan digital, baik itu berupa hard skill atau kemampuan mengoperasikan gawai, serta soft skill yang berkaitan dengan penggunaan piranti lunak. Serta kemampuan brainware, yaitu kemampuan untuk mengorganisasikan hard skill dan soft skill serta mengembangkannya.
“Ibaratnya, kita sebagai pendidik, manakala menguasai digital skill akan semakin diperhitungkan profesinalitasnya. Terutama dalam pelaksanaan PJJ, dengan cakap digital pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih menarik dan bermutu,” ujar Casmito.
Adapun kemampuan yang harus dimiliki meliputi kemampuan dasar digital, kemampuan komunikasi dalam menangani informasi dan konten, penyelesaian masalah, bertransaksi, serta mampu mewujudkan bermedia dengan aman.
Kemampuan dasar digital meliputi kemampuan dalam menggunakan perangkat dan cara mengoperasikan piranti di dalamnya untuk berbagai kepentingan. Kemampuan komunikasi di era digital merupakan salah satu kemampuan yang wajib dimiliki agar interaksi dapat terjalin dengan baik dan tetap memperhatikan etika.
“Kemampuan menangani informasi dan konten, dalam hal ini mampu menggunakan mesin telusur untuk mencari informasi dan memilahnya. Karena tidak semua konten di ruang digital dapat diandalkan, banyak sekali gangguan informasi yang ditemui.”