Kamis, Desember 26, 2024

Jangan cuma idolakan, tiru proses sukses idolamu, mulai segera!

Must read

Benarkah dunia digital itu memang ruang bebas tanpa batas? Tentu tidak. Karena sejatinya, segala aktivitas digital yang kita buat di ruang digital, kita sendiri yang menjadi penentu batasannya. Karena, semuanya menuntut tanggung jawab dan konsekuensi yang harus kita tanggung. Lalu, apa saja batasan yang mesti kita anut saat berinteraksi diruang digital?

“Ada aturan UU ITE No.19 tahun 2016 yang mengatur banyak etika dan pranata hukum serta sanksi hukumnya yang tak sepele dan nyata. Etika digital, netiket, keamanan digital, nilai nilai Pancasila, dan adat budaya kita yang beragam dan multikultur, itu mesti kita hormati dan jadi acuan dalam berinternet,” ucap Jota Eko Hapsoro, founder dan CEO Jogjania.com.

Jota menambahkan, pola pikir yang membatasi kita berinternet ini butuh pola pikir positif dan growth mindset. Dalam hal keamanan digital, survei Google September 2021 menemukan fakta kalau ternyata 9 dari 10 password akun digital orang Indonesia mudah banget dibobol. Mengapa?

“Karena 89 persen pengguna masih sering menggunakan kebiasaan penerapan akun yang lemah dan mudah ditebak dan dibobol,” papar Jota saat berbagi pengalaman dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Purbalingga, 9 November 2021.

Lalu, sebelum memanfaatkan ruang digital yang menantang, bagaimana mengamankan perangkat akses internet dan akun kita biar aman saat berinteraksi? Menurut Jota, setidaknya empat poin mesti dipegang erat agar akun tak mudah dibobol. Pertama, kombinasikan password dengan kombinasi karakter huruf dan angka yang unik, kombinasikan dengan sidik jari atau wajah lebih aman. Kedua, jangan suka berbagi password meski dengan orang terdekat. “Ketiga, buat password berbeda untuk situs atau akun yang penting, dan keempat, seringlah ubah password di suatu periode tertentu,” saran Jota.

Jota membahas topik seru “Menjadi Netizen Unggul untuk Anak dan Remaja” diikuti 300-an peserta secara daring dari beragam usia dan profesi dari seantero Purbalingga. Webinar dibuka dengan pengantar dari Presiden Joko Widodo, dilanjutkan keynote speech oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Jota tampil dipandu oleh moderator Rara Tanjung dengan tiga pembicara lain, yakni: Albertus Indratno, CEO Namaste.id; Anang Masduki, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta; dan Dicky Syarif Hidayat, Pramuka Teladan Nasional.  Hadir pula Riska Yuviska, Putri Halal Tourism 2018, sebagai key opinion leader.

Albertus Indratno dalam paparannya mengatakan, dunia digital telah mengantar sukses banyak figur idola. Netizen tentu kenal banyak tokoh mulai Rafy Ahmad, Atta Hallilintar, atau banyak petani modern di YouTube yang cerdas menangkap peluang bisnis pertanian organik beromzet ratusan juta sebulan, serta peternak domba sukses yang juga dosen IPB.

“Jangan cuma idolakan, tapi akses ilmunya dan ikuti cara mereka  meraih sukses. Follow akun instagram atau facebooknya, gali selengkapnya proses jatuh bangun. Tiru, amati dan modifikasi dengan lingkunganmu. Dan yang pasti tiru segera, jangan cuma jadi angan tanpa action langsung. Mereka akan suka berbagi pengalaman suksesnya. Ini era digital, chat langsung, ajak diskusi. Mereka akan suka berbagi pengalaman. Kuncinya, kita mesti proaktif menanyakan pada sang idola kita itu. Penyakit orang gagal itu banyak bermimpi tapi malas beraksi. Kini sudah bukan jaman lagi,” urai Albertus Indratno.

Dicky Syarif Hidayat ikut menimpali. Kata dia, ruang digital kini bisa membuat seseorang menjadi apa pun atau menjadi siapa pun. Sukses bukan lagi soal bisa atau tidak bisa lagi tapi mau atau tidak mau menjemput suksesmu. “Semua sudah dibantu teknologi digital yang menjadikan urusanmu lebih mudah dan lebih cepat diwujudkan,” pungkas Dicky.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article