Senin, November 25, 2024

Cara ampuh amankan jejak digital

Must read

Jejak digital membentuk citra pengguna digital di masa depan. Semua bentuk aktivitas di ruang digital, baik yang positif maupun negatif akan terekam dan sulit untuk menghapusnya.

“Oleh sebab itu, unggah hal positif di ruang siber, jangan demi konten asal posting tentang kebebasan atau asal nyinyir yang berujung ujaran kebencian dan SARA,” kata dosen Universitas Negeri Semarang Arif Hidayat saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Kenali dan Pahami: Rekam Jejak di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Arif mengatakan, dalam menjaga jejak digital tetap aman, pengguna disarankan tidak gampangan mengumbar data pribadi di ruang siber.

“Sekalipun jangan pernah membagi informasi lengkap tentang identitas diri. Baik itu KTP maupun seluruh aktivitas sehari-hari, pahami sirkel anda ketika berinteraksi di ruang siber. Kenali dengan siapa kita berteman berkomunikasi menjalin relasi,” tegas Arif.

Menurut Arif langkah paling aman menjaga jejak digital dengan belajar selalu membatasi diri untuk tidak gegabah saat berada di ruang digital. “Sebab, informasi di ruang siber itu permanen, cobalah berpikir sebelum berinteraksi karena apapun di ruang siber mudah diduplikasi dan disebarluaskan oleh orang lain dan menghapusnya saja belum tentu bisa benar-benar melenyapkan jejak digital yang kita buat,” urainya.

Berbagai potensi bahaya jejak digital yang mengakses data pribadi berupa kerentanan atas data-data pribadi hingga mudah digunakan oleh pihak pemroses maupun pihak lain tanpa sepengetahuan pemilik data.

“Ada juga potensi bahaya jejak digital seperti doxing dan framing, ini biasanya untuk pencemaran nama baik dengan mengolah segala aktivitas digital yang pernah kita lakukan baik di website, blog, maupun media sosial,” kata dia.

Potensi bahaya jejak digital juga berupa pencurian identitas data pribadi yang dihimpun dan digunakan untuk tindak kejahatan. Mulai dari pencurian rekening hingga transaksi ilegal menggunakan data identitas kita.

Arif mengajak untuk mengenali berbagai jejak digital yang bisa kita tinggalkan. Mulai riwayat pencarian di web browser. Ini biasanya pada history search pada browser, lalu bisa juga pesan teks dalam aplikasi chat dan interaksi internet. Termasuk unggahan yang sudah dihapus seperti foto dan video, kegiatan yang ditandai baik yang disengaja maupun tidak.

Jejak digital juga berupa lokasi yang kita kunjungi dengan GPS terkoneksi dengan internet. Selain itu ada interaksi sosial media, like dan share, seperti Facebook, Tiktok, LinkedIn dan Instagram. Jejak digital juga bisa juga riwayat pencarian termasuk saat kita berada dalam mode penyamaran atau incognito mode.

Narasumber lain webinar itu, dosen UMM Magelang Yun Arifatul Fatimah mengatakan, cara merawat jejak digital agar aman bisa dilakukan dengan mulai cari tahu jejak digital kita dengan ketik nama di mesin pencari. “Bisa juga dengan atur privasi di perangkat dan akun media sosial sesuai dengan target unggahan konten atau foto lantas periksa cookies di perangkatmu,” kata Yun Arifatul.

Jika ada situs yang tidak dikenal mengirimkan cookies segera blok melalui pengaturan. Yun menyarankan agar pengguna memakai kombinasi yang kuat untuk kata sandi serta menghapus aplikasi yang tidak dipakai. “Intinya agar aman, posting hal-hal yang positif saja. Gunakan juga akun berbeda untuk berbagai keperluan baik pekerjaan, pendidikan, belanja,” ujarnya.

Webinar yang dimoderatori Bunga Citra itu juga menghadirkan narasumber penggerak literasi sekolah Puji Handayani, dosen Unpad Enjat Munajat, serta Abraham Kevin selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article