Jumat, November 15, 2024

Sudut pandang lain dalam menghadapi kecanduan digital

Must read

Salah satu efek samping penggunaan teknologi digital adalah menjadi ketergantungan jika tidak bijak dalam memanfaatkannya. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dengan tema “Kecanduan Internet: Ubah Konsumtif Menjadi Produktif”, Selasa (16/11/2021).

Anneke Liu (praktisi komunikasi) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Edy SR (brandpreneur), Agus Supriyo (Co-Foundder Jelajah.Live), Sholahudin Nur Azmy (CEO Pasardesa.id), dan Dewi Bunga (Dosen UHN IGB Sugriwa Denpasar). Ikut bergabung Fahri Azmi (artis) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital safety, digital skill, digital culture, dan digital ethics.

Sholahudin Nur Azmy (CEO Pasardesa.id) menyampaikan bahwa cepatnya arus informasi terkadang membuat sebagaian orang mengalami FOMO atau takut ketinggalan informasi. Fenomena ini tentunya memberikan efek yang kurang baik pada mental.

Ada sejumlah kecanduan yang kerap ditemui pengguna media digital. Cybersex atau kecanduan menonton atau menikmati konten pornografi, kompulsif atau kecanduan menjadi konsumtif. Ruang digital memungkinkan orang berjejaring dengan orang dari berbagai wilayah, namun negatifnya kebebasan ini membuat orang menjadi lebih fokus dengan teman di ruang maya. Kecanduan data dan berita, kecenderungan untuk ingin tahu informasi, kemudian kecanduan game.

”Ketergantungan terhadap penggunaan teknologi tersebut dapat ditransformasikan menjadi hal yang produktif. Daripada impulsif berbelanja meskipun tidak terlalu butuh barangnya, kebiasaan ini bisa diubah dengan mencoba menjual barang atau jasa. Menjalin pertemanan maya dapat menjadi kekuatan unuk menghimpun melakukan gerakan positif. Selain mengonsumsi berita, pengguna dapat memanfaatkan rasa tidak mau ketinggalan itu dengan mengumpulkan informasi dan diolah, sehingga menghasilkan informasi yang dapat memberikan manfaat,” jelas Sholahudin Nur Azmy

Melihat kemungkinan tersebut dapat dikatakan bahwa kemajuan teknologi digital ibarat pisau bermata dua, manfaatnya dapat dirasakan tergantung bagaimana manusia menggunakannya. Sehingga, dalam peningkatan minat dan bakat diperlukan kecakapan sosial dan kecakapan digital lainnya.

“Sebab digital itu sebenarnya tidak hanya soal DNA (device, network, application) tetapi soal mindset. Kecakapn digital tidak sekedar bisa menggunakan perangkat dan aplikasinya, tetapi juga berhubungan dengan orang lain disana,” jelas Sholahudin Nur Azmy.

Kecakapan social skill harus diajarkan pada fase perkembangan anak dan remaja sehingga mereka bisa siap berada di era manapun. Meskipun pasti membutuhkan proses adaptasi,” lanjutnya.

Sementara itu Dosen UHN IGB Sugriwa Denpasar Dewi Bunga menambahkan bahwa perilaku konsumtif itu bisa saja terjadi karena faktor ingin tampak berbeda dari yang lain, atau hanya karena ikut-ikutan yang lagi tren saja.

Tanda seseorang kecanduan gawai di antaranya tidak mau lepas dari gawai meski tidak ada keperluan, merasa tidak berdaya saat tidak memainkan gawai. Kecanduan membuat individu melupakan kewajiban, mengalami insomnia, dan kerap khawatir ketika menunggu balasan chat.

”Bahaya kecanduan medsos dapat menyebabkan gangguan jiwa. Menjadi narsistik dan menganggap orang lain tidak lebih baik dari dirinya, gemar menceritakan keluh kesah demi mendapat pengakuan, mengalami perubahan sikap antara di dunia nyata dan di ruang digital,” jelas Dewi Bunga.

Mencegah kecanduan digital dengan memahami etika digital. Etika menjadi pengukur atau pengendali diri untuk melakukan kegiatan bermedia. Agar efek kecanduan terhadap anak orang tua dan pendidik harus berperan sebagai kontrol, pengawas. Mengedukasi anak untuk mampu mengerem keinginan jika punya kecenderungan konsumtif.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article