Sabtu, Desember 21, 2024

Mengamankan data pribadi di ruang digital

Must read

Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM Novi Kurnia mengungkap maraknya fenomena kebocoran data pribadi di ruang digital tak bisa dilepaskan dengan pertumbuhan pengguna internet yang terus melonjak.

“Pertumbuhan pengguna internet 8,9 persen, sementara pertumbuhan penduduk Indonesia 1,3 persen. Jumlah pengguna internet di Indonesia melonjak tinggi lebih tinggi dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia,” kata Novi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Keterampilan Digital yang Wajib Dikuasai” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (16/11/2021).

Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Novi mengungkap pula pada tahun 2019 terdapat 1.507 kasus penipuan online, lalu Januari hingga November 2020 terjadi sebanyak 4.250 laporan kejahatan cyber berdasarkan data Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.

Lalu pada Mei hingga November 2020 terjadi 7 kasus atau sekitar 22.890 data pribadi dugaan kebocoran data pribadi baik Tokopedia, Bhinneka, DPT Pemilu 2014, Kredit Plus, Red Doors dan berdasarkan data Kompas Januari 2021 lalu pada Mei 2021 ada dugaan 279 juta data WNI yang bocor dari BPJS kesehatan dan kasusnya masih ditangani pemerintah hingga sekarang.

“Sepanjang Agustus sampai September 2021 juga ada dugaan kebocoran data pribadi pengguna di Aplikasi Pedulilindungi,” kata Koordinator Nasional Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) itu.

Dengan rentetan peristiwa itu, Novi mengatakan perlunya langkah aman bermedia digital. Pengguna perlu menguasai digital skill yaitu cakap bermedia digital sebagai dasar dari kompetensi literasi digital untuk mempunyai keterampilan menggunakan media digital secara optimal.

“Juga menguasai digital culture sebagai budaya bermedia, wujud kewarganegaraan dalam konteks keindonesiaan yang berkaitan dengan hak kewajiban dan tanggung jawabnya dalam ruang negara,” ujarnya.

Novi menilai landasan etika berdigital perlu juga sebagai panduan perilaku terbaik di ruang digital, untuk membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat.

“Terakhir perlu memahami digital safety sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya, karena sudah menyentuh ke instrumen hukum positif,” tambah Novi.

Narasumber lain dalam webinar itu Princeton Bridge Year On-Site Director Indonesia Sani Widowati mengatakan cara terbaik untuk meningkatkan karakter kompetensi dan kualitas hidup seseorang adalah dengan menanamkan budaya literasi. “Baik literasi membaca, berpikir, menulis, dan berkreasi,” cetusnya.

Sani mengatakan, peran orangtua kepada anak-anak tak hanya memahamkan bahwa internet dan media digital punya sisi baik dan buruk. Melainkan juga mengenalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam keluarga, didiskusikan dengan anak misalnya kejujuran dan toleransi karena dunia digital sama dengan dunia nyata di mana kita belajar jadi warga yang baik.

Webinar yang dimoderatori Dannys Citra itu juga menghadirkan narasumber penulis konten Jaring Pasar Nusantara Murniandhany Ayusari, praktisi komunikasi Satyo Nugroho, serta Cyntia Ardila sebagai key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article