Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Choirul Fajri menuturkan, ada sejumlah hal mendasar yang harus dijalankan dalam pembelajaran di era digital. “Pengetahuan dasar itu meliputi pengetahuan tentang Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbangsa, berbudaya, berbahasa Indonesia.
Itulah paparan awal dari Fajri, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Menjadi Pendidik Cerdas Berwawasan Kebangsaan di Era Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (16/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Fajri mengatakan, peserta didik mesti memiliki pengetahuan dasar untuk membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila pada mesin telusur internet sehingga mengabaikan yang tak bermanfaat.
“Peserta didik juga perlu memiliki pengetahuan dasar mengenai pentingnya multikulturalisme dan kebhinekaan serta memahami cara melestarikan bahasa daerah seni budaya,” tegasnya.
Fajri menuturkan, dalam ruang digital pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri serta memahami hak atas kebebasan berekspresi dan hak atas kekayaan intelektual di dunia digital selayaknya diperkenalkan pada generasi muda yang menguasai ruang digital.
“Guru pun dituntut profesional, karena di era digital pada dasarnya guru perlu memiliki kompetensi, kepribadian sosial dan profesional dalam berbagai hal,” cetusnya.
Fajri mengatakan penggunaan teknologi digital dapat dilakukan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar, pelayanan administrasi, penugasan dan evaluasi. Keberadaan teknologi digital memang sebagian dapat menggantikan atau membantu peran guru terutama pada aspek pengujian yang bertumpu pada transfer knowledege. “Namun teknologi tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pendidik yang bertugas mendidik mental dan kepribadian,” ujarnya.
Narasumber lain webinar itu, Edy Budiyarso selaku Managing Director Indoplus Communication mengatakan dalam peribahasa Cina mengatakan jika Anda memikirkan setahun ke depan tanamlah benih. Namun bila Anda memikirkan satu dawarsa ke depan, tanamlah pohon. “Jika Anda memikirkan satu abad ke depan didiklah manusia,” kata Edy.
Di era ini, komunikasi digital menimbulkan beragam aspek baru. Audiens baru, perangkat baru dan relasi baru. Sehingga ancaman penggunaan internet seperti hoaks, radikalisme, penipuan, pornografi bullying, prostitusi, sinisme, SARA, ujaran kebencian diantisipasi sejak dini.
Realita kejahatan media sosial itu bisa dilakukan oleh orang terdekat. Fenomena ini meningkat di masa pandemi Covid-19. “Maka, kita perlu mempelajari data kita dengan detail, karena ruang digital tidak mengenal kompromi siapa saja bisa menjadi korban kejahatannya,” kata dia.
Webinar yang dimoderatori Bobby Aulia itu juga menghadirkan narasumber founder Istar Digital Marketing Center Isharsono, Kepala Seksi Aplikasi Informatika Dinas Kominfo Blora Nur Khamid, serta Sherin Tharia sebagai key opinion leader.