Prediksi itu penuh optimisme. Akan lahir generasi emas yang tumbuh berkembang di 100 tahun Kemerdekaan Indonesia, 2045 nanti. Prof Suhardi, pengamat kependudukan dan demografi UGM, sudah memprediksi secara rinci beberapa perubahan di masa tumbuh kembangnya generasi emas Indonesia sejak 2017 silam.
Transformasi teknologi, termasuk bertumbuhnya digitalisasi dalam banyak bidang kehidupan, akan mengubah banyak desa bertumbuh menjadi kota baru yang berkembang. Dan, itu akan memicu migrasi penduduk desa sekitarnya ke kota yang baru bertumbuh. Hal itu berdampak, membuat Indonesia akan dihuni 72 persen warganya di kota yang tentu terhubung dengan internet dan semuanya makin terkoneksi secara digital. ”Ini tidak hanya di Indonesia, tapi juga juga terjadi di seantero Asia dan Afrika,” simpul Prof. Suhardi, seperti dikutip Dr. Nyarwi Ahmad, direktur eksekutif Indonesia Presidential Studies.
Masih mengutip Prof. Suhardi, lanjut Nyarwi, Indonesia bahkan diprediksi World Bank akan menjadi lima negara yang terbesar pertumbuhan ekonominya. Karena, di tahun 2045, penduduk Indonesia diprediksi akan berjumlah 309 juta jiwa. Tentu, sebagian besar akan semakin terkoneksi internet dan semakin cakap digital.
”Karena itu, ekonomi bisa tumbuh dan kelak 2045 pendapatan domestik bruto Indonesia akan tembus 29 ribu dolar per tahun warganya. Hal itu tentu butuh prasyarat yang mesti dikerjakan warga kita sedari sekarang, agar prediksi itu menjadi nyata,” kata Nyarwi, saat tampil sebagai pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Kendal, Kamis (18/11/2021).
Membahas topik ”Transformasi Digital untuk Pendidikan: Menyongsong Generasi Emas”, diskusi virtual ini dibuka Presiden Jokowi lewat keynote speech-nya, disambung pesan pembuka dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Kakanwil Kemenag Jateng Mustain Ahmad dan Bupati Kendal Dico Garninduto.
Selain Nyarwi, webinar yang dipandu moderator Niken Pertiwi itu juga menghadirkan tiga pembicara lain. Yakni, Septa Dinata, peneliti dari Paramadina Public Policy; Bang Azwar, pendiri dan pengasuh Indonesia Pearl Consicousnes; dan, Muh Muizzudin, Kasub Koordinator bidang Informasi Pendidikan Agama Islam (PAI) Kanwil Kemenag Jawa Tengah. Ikut pula bergabung Abraham Kevin, finalis Indonesian Idol, yang tampil sebagai key opinion leader.
Nyarwi Ahmad menambahkan, salah satu penentu sukses meraih pertumbuhan ekonomi yang melaju adalah dengan memanfaatkan bonus demografi, di mana populasi penduduk produktif yang makin cakap digital terus bertumbuh. ”Hal itu berpengaruh pada penurunan dependency ratio penduduk yang tidak produktif dan menurunnya pengangguran. Untuk itu, generasi emas tak perlu cemas menghadapi tantangan masa depan,” kata Nyarwi.
Ia menambahkan, dengan meningkatkan kecakapan digital (digital skill), generasi ini akan lebih cakap menemukan banyak peluang yang bisa dikembangkan untuk memperluas ilmu dan peluang usaha. Juga, pekerjaan baru yang sebelumnya tak terpikir, baik memperluas pasar usaha dengan go digital, menggarap konten positif, memasarkan budaya kita, hingga kecakapan menari atau pagelaran seni yang unik dikembangkan dengan kolaborasi dalam kemasan konten digital.
”Intinya, ada berjuta peluang menantang untuk dieksekusi yang membuat generasi emas tak perlu cemas,” ujar Nyarwi, yang juga dosen Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) Fisipol UGM, serius.
Menyambung diskusi, pembicara lain, Muh Muizzudin mengatakan, salah satu penentu kualitas generasi emas adalah dunia pendidikan. Untuk itu, ke depan, kualitas kompetensi guru dan siswa dalam memperkuat kecakapan digital makin dituntut untuk dikembangkan dengan memperluas jaringan informasi.
”Perkaya kecakapan siswa dan guru dengan workshop digital yang komprehensif, sesuai tuntutan zaman. Bikin banyak konten pelatihan yang dibutuhkan, misalnya trik marketing digital yang praktis dan mudah ditiru. Atau, amati dan kembangkan siswa pada kerajinan seni tradisi dengan kemasan fresh, yang bisa menjadi peluang profesi siswa,” tutur Muizzudin.
Hal lain, lanjutnya, perluas jaringan pertemanan siswa secara positif dan kolaboratif hingga lintas negara. Menguasai lebih banyak bahasa asing juga makin penting, tapi tetap jaga bahasa asli, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. ”Jadi, bersaing secara global itu penting, namun menjaga karakter dan jatidiri bangsa juga jangan diabaikan. Keduanya perlu disinergikan untuk meraih peluang di masa depan,” pungkas Muizzudin.