Fenomena stunting tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor. Salah satunya, ialah karena faktor kemiskinan. ”Stunting tidak dapat dicegah dan ditangani sendiri, tapi dibutuhkan semangat gotong royong karena ada berbagai faktor penyebab, termasuk rendahnya literasi masyarakat.”
Itulah pengantar diskusi yang disampaikan Ketua TP PKK Wonogiri Verawati Joko Sutopo, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Peran PKK dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (18/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti 500-an peserta itu, Verawati menuturkan budaya digital punya dua dampak pada stunting. Bisa ikut mempengaruhi sekaligus bisa menjadi solusinya.
Verawati mengatakan, budaya digital bisa ikut memicu stunting bilamana justru membuat kurangnya literasi digital pada masyarakat, seperti menyebabkan remaja tidak memiliki referensi skill, cara pandang tentang pentingnya gizi, bergeser ke pemilihan menu makanan sesuai keviralan di medsos, cara pandang terhadap tubuhnya dipengaruhi oleh stigma putih- langsing.
”Budaya digital bisa menjadi pemicu ketika semakin memupuk spirit individual,” kata Verawati. Namun, budaya digital bisa ikut berperan mencegah stunting bilamana dengan teknologi itu justru mempermudah hidup kita, termasuk untuk melakukan pendataan dan pemutakhiran data-data yang akurat, untuk menghasilkan kebijakan yang terukur dan tepat sasaran.
”Budaya digital dalam masyarakat bisa memudahkan proses sosialisasi dan edukasi untuk bisa diikuti oleh siapa saja kampanye pencegahan stunting, yang dilakukan secara visual di medsos dengan video dan aplikasi,” ujarnya.
Verawati menuturkan, era digital ini memang membawa budaya baru yang mengikutinya namun jangan sampai menghilangkan budaya asli kita salah satunya adalah gotong-royong. ”Gotong royong ini dapat digunakan untuk membantu dalam pencegahan dan penanganan stunting, yang dipicu berbagai faktor,” tambahnya.
Stunting bisa dipicu kemiskinan, sehingga ada ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, sumber daya manusia yang beragam akibat pemahaman yang beragam pula tentang makanan bergizi.
“Pencegahan stunting perlu intervensi pemerintah lewat upaya menurunkan angka kemiskinan, intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, juga sosialisasi dan edukasi secara berkesinambungan,” kata Verawati.
Narasumber lain, dosen Fisipol UGM Tauchid Komara Yuda mengatakan, di era digital ini tiap pengguna memiliki hak sama. Yakni, hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk merasa aman.
“Tapi tentunya hak itu juga harus disertai tanggung jawab yaitu menjaga dan menghargai hak orang lain, menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, kesehatan dan moral publik dengan tidak melanggar peraturan,” ujarnya.
Tauchid mengatakan, saat ini pentingnya pengguna memahami keamanan digital sebagai sebuah proses untuk memaksimalkan penggunaan layanan secara daring maupun luring agar dapat dilakukan secara aman dan nyaman.
Webinar yang dimoderatori Yade Hanifa itu juga menghadirkan narasumber dosen HI UNS Setyanto Galan Prakoso, tenaga ahli pendamping desa Hadir, serta Stephanie Cecilia sebagai key opinion leader.