Jumat, November 29, 2024

Merawat budaya dan Pancasila di ruang-ruang digital

Must read

Transformasi digital membuka ruang-ruang baru bermasyarakat dari cara-cara konvensional menjadi serba digital. Bagi bangsa Indonesia yang multikultural, kehidupan bermasyarakat hendaknya tetap menjaga nilai-nilai dasar berbangsa, yakni Pancasila di mana pun berada. Termasuk ketika memasuki ruang-ruang digital. Hal tersebut dibahas dalam webinar literasi digital bertema ”Kreatif Lestarikan Nilai-nilai Pancasila di Ruang Digital” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (26/11/2021).

Diskusi virtual dipandu oleh Bella Ashari (Professional Public Speaker) dan diisi oleh empat narasumber: Ahmad Ghozi (Fasilitator Ketangguhan Keluarga), Muhammad Mustafid (Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta), Ridwan Muzir (Pengasuh Tarbiyahislamiyah. id), dan Zusdi F. Ariyanto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada). Ikut bergabung musisi Dewa Krisna sebagai key opinion leader. Tema diskusi dibahas oleh narasumber dari perspektif empat pilar literasi digital, yaitu digital ethics, digital safety, digital culture, dan digital culture.

Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta Muhammad Mustafid menjelaskan, transformasi digital telah membawa perubahan budaya masyarakat ke ranah digital. Komunikasi tidak lagi harus dilakukan secara langsung, melainkan sudah ada teknologi yang semakin mempermudah. Namun di balik itu, penggunaan teknologi mereduksi nilai-nilai budaya masyarakat dalam hal interaksi sosial, kebangsaan, kerakyatan, dan kekeluargaan. Oleh sebab itu, dalam memasuki era transformasi digital butuh literasi digital.

Salah satu aspek literasi digital adalah sisi keamanannya. Keamanan digital dimaknai sebagai proses untuk memastikan penggunaan layanan digital baik secara daring atau luring dapat dilakukan secara aman dan nyaman. Keamanan digital tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki melainkan juga melindungi data pribadi.

”Teknologi berkembang cepat sekali, begitu juga kompleksitas kejahatannya. Oleh sebab itu, perlu tindakan pengamanan untuk mengantisipasi terjadinya cybercrime pada pengguna. Berbagai aset digital mulai dari perangkat digital, piranti lunak, sistem operasi, dan data di dalamnya harus diamankan dari ancaman keamanan seperti phising, serangan virus dan malware, peretasan, dan penyalahgunaan data,” ujar Mustafid kepada peserta webinar.

Kompetensi pengamanan digital meliputi proteksi perangkat digital besera piranti lunaknya, serta identitas digital dan data pribadi, mewaspadai penipuan digital, dan memahami rekam jejak digital.

”Proteksi perangkat, identitas, dan data pribadi dapat dilakukan dengan membangun kesadaran untuk tidak mudah membagikan informasi penting dan rahasia seperti kata kunci, PIN, serta informasi yang sifatnya pribadi dan rahasia,” tambah Mustafid.

Aman berinternet dapat diusahakan dengan menjaga dan merawat jejak digital dengan baik, agar data yang ditinggalkan di ruang digital tidak dimanfaatkan dan disalahgunakan untuk hal yang dapat merugikan. Selalu bertindak dan bersikap berdasarkan pada nilai Pancasila di ruang digital agar tercipta rasa nyaman.

Sementara itu, Ahmad Ghozi menambahkan, dalam bermedia digital warganet juga harus memahami jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang multikultural. Artinya, dalam hidup berdampingan di ruang digital sekalipun nilai-nilai kebangsaan juga hendaknya dibawa dan diamalkan baik ketika memproduksi maupun mendistribusikan konten.

Sebagai individu yang lahir dan besar di bumi Indonesia, kata Ahmad Ghozi, harus mensyukuri kenyataan bahwa Indonesia dibentuk oleh beragam budaya yang menyatukan sesama. Keragaman budaya ini merupakan kekayaan yang dapat menjadi materi konten yang layak dirayakan menjadi karya yang dibagikan di ruang-ruang digital.

“Kekayaan alam, budaya, agama yang kita miliki adalah daya tarik yang luar biasa jika diolah menjadi konten digital. Konten-konten tersebut dapat disampaikan dengan menyelipkan nilai-nilai Pancasila di dalamnya. Tugas kita tinggal mengasah kecakapan dan keterampilan dalam mengolah materi budaya menjadi karya yang dikenal secara luas bagi bangsa dan secara global,” tutup Ahmad Ghozi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article