Trainer yang juga founder Syafa Management Kak Aji Syafa menuturkan, guru adalah salah satu kunci penanaman karakter dan penguasaan kompetensi 4C generasi milenial.
”Dalam era digital ini, guru perlu turut menanamkan literasi digital pada peserta didiknya,” kata Aji Syafa saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Mewujudkan Guru sebagai Kunci Penanaman Karakter dan Penguasaan Kompetensi 4C Generasi Milenial pada Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis (2/12/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Aji menyatakan literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama.
“Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi,” kata Aji Syafa.
Literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif dan penuh tanggung jawab.
“Dan hal terpenting dari cakap bermedia digital adalah kita mampu memaksimalkan dunia digital saat ini menjadi bagian dari hidup yang diharapkan mampu mempermudah kita dalam berkomunikasi sesuai dengan kebutuhan dan bertanggung jawab,” jelas Aji.
Menurut Aji ,untuk menanamkan karakter salah satunya bisa lewat teknik habituasi, atau pembiasaan yang merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara membiasakan sesuatu yang baik secara terus menerus.
“Pembiasaan ini sangat penting untuk dilakukan sejak dini mengingat perilaku anak banyak dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang ditiru dari lingkungannya, maka pembiasaan ini diarahkan kepada pembiasaan yang baik sehingga harapannya akan menjadi kebiasaan/perilaku baik yang melekat pada diri anak,” terang Aji.
Selain itu penanaman karakter juga bisa dengan keteladan yakni memberikan contoh baik kepada anak didiknya dengan harapan anak didik tersebut akan meneladani sikap dan perilaku guru tersebut. “Keteladanan adalah unsur wajib untuk menanamkan perilaku hidup yang baik,” lanjutnya.
Aji menambahkan, dalam menanamkan Kompetensi 4C perlu berpegang pada pedoman Critical thinking, berpikir kritis yang bertujuan, berbasis regulasi, teori, konsep, dan hasil analisis terhadap data, serta menggunakan berbagai kriteria yang jelas dan terukur.
”Juga dengan Collaboration, kolaborasi dalam rangka bertukar informasi dan kerja sama untuk meningkatkan kompetensi,” tegas Aji. Selain itu Communication, yang memiliki seni dan Creativity and inovation, yang bermakna kemampuan untuk melahirkan sebuah gagasan, konsep baru untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Narasumber lain dalam webinar itu, Head of Digital Creative Content Medcom.id Jati Savitri mengatakan, kewaspadaan terbesar di era digital ini adalah membendung berita hoaks. ”Berita hoaks itu dibuat untuk kepentingan tertentu, oleh media tidak profesional, dan penyebarannya tidak dimaksudkan untuk sesuatu tujuan yang baik,” tuturnya.
Jati menambahkan, untuk mengantisipasi terpapar hoaks, pengguna bisa memanfaatkan proses fast checking. ”Dengan mulai mengamankan bukti konten hoaks, lalu memeriksa data primer dan sekunder, mencari pernyataan sumber pertama atau asli, menggunakan tools digital search sebagai pembanding,” tutup Jati Savitri.
Webinar yang dipandu moderator Fikri Hadil itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni dosen FMIPA UII Yogo Prasetyo, trainer matematika nasional Andri Suryawan, serta Rosaliana Intan sebagai key opinion leader.