Kamis, Desember 19, 2024

Perekonomian Asia Pasifik diperkirakan kembali meroket

Must read

Ke tingkat pertumbuhan tertinggi dunia pada 2022 – 2023 

  • Pasar perkantoran Asia Pasifik tetap bertahan, menjadi satu-satunya kawasan yang mencatatkan penyerapan bersih positif selama tiga kuartal berturut-turut sejak pandemi 
  • Total volume investasi regional pada tahun 2022 diharapkan akan menyamai puncaknya di tahun 2019 di sekitar US$ 180 miliar 

Ekonomi Asia Pasifik diperkirakan akan membaik pada tahun 2022 dan meraih kembali posisi teratas pada paruh kedua tahun itu dengan perkiraan PDB tahunan rata-rata 4,5%, sementara pertumbuhan di dua wilayah utama lainnya berangsur normal, menurut laporan terbaru Cushman & Wakefield berjudul “Catch ’22 – Asia Pacific Commercial Real Estate Outlook 2022”. 

“India diperkirakan akan memimpin pertumbuhan regional pada tahun 2022, sebesar rata-rata lebih dari 9%, sebagian besar karena dicabutnya batasan-batasan dan lonjakan konsumsi dan produksi domestik,” kata Dr. Dominic Brown, Kepala Insight & Analisis, Asia Pasifik di Cushman & Wakefield. 

“Demikian pula, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan di atas rata-rata pada tahun 2022 didorong oleh permintaan ekspor yang kuat. Kami juga memperkirakan pertumbuhan yang membaik di Australia setelah lockdown berkepanjangan di New South Wales dan Victoria. Di China, pertumbuhan diperkirakan akan kembali normal setelah tahun 2021 mengalami pertumbuhan yang sangat kuat.” 

Hong Kong SAR, Indonesia dan Filipina mendekati tingkat pertumbuhan yang mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata 5 tahun terakhir sebelum pandemi. Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,7% hingga 5,5% pada tahun 2022. Meskipun diperkirakan akan mengalami peningkatan konsumsi domestik, Indonesia tetap terkena dampak negatif dari penutupan perbatasan internasional. Walaupun perbatasan ini kemungkinan akan dibuka kembali, kekuatan arus internasional masih belum bisa dipastikan. 

Pertumbuhan yang lebih lambat diperkirakan terjadi di negara-negara lainnya, seperti Vietnam dan di tingkat yang lebih rendah, Malaysia, sebagai negara yang paling terpapar karena berkurangnya pariwisata internasional, sementara Thailand masih terus berjuang dalam mengendalikan virus. 

Meskipun tingkat pengangguran tetap tinggi di seluruh wilayah Asia Pasifik, namun di sebagian besar negara berada di bawah tingkat pada puncak pandemi dan diperkirakan akan berada di tingkat yang sama atau di bawah rata-rata di masing-masing negara pada tahun mendatang. Di Indonesia sendiri, tingkat pengangguran diperkirakan akan mengalami perbaikan secara progresif, dengan proyeksi di sekitar 5,5% hingga 6,3% pada tahun 2022, yang mana masih belum kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Namun, angka agregat pengangguran menyembunyikan detail yang lebih baik – jalur pemulihan “berbentuk K” mengungkapkan kelemahan di sektor ritel, pariwisata, dan sektor yang berorientasi layanan dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja profesional, TI, keuangan, dan manufaktur. Lebih jauh lagi, negara-negara yang bergantung pada tenaga kerja imigran, seperti Singapura dan Australia, lebih rentan terhadap kekurangan tenaga kerja setidaknya sampai arus migrasi global mendapatkan kembali momentumnya.

Oleh karena itu terjadi peningkatan kesenjangan antara keterampilan bisnis yang dibutuhkan dengan angkatan kerja yang tersedia yang mengakibatkan perebutan tenaga kerja. 

Selain daripada itu, bukti dari studi global menunjukkan bahwa 41% tenaga kerja sedang mempertimbangkan untuk mengganti pekerjaan mereka untuk 12 bulan ke depan – yang disebut “Great Resignation“. Meskipun tren ini berasal dari AS, ada banyak indikasi bahwa hal ini juga akan terjadi di beberapa bagian negara Asia Pasifik.

Pada dasarnya pesan kuncinya adalah bahwa pemilik perusahaan harus memprioritaskan retensi dan daya tarik untuk tenaga kerja dalam waktu dekat serta meningkatkan produktivitas melalui investasi di bidang teknologi dan real estat. 

Prospek pasar perkantoran: Optimis karena kawasan menunjukkan ketahanan menghadapi pandemi 

Menurut laporan Catch ’22, pasar perkantoran Asia Pasifik telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, menjadi satu-satunya kawasan yang mencatatkan penyerapan bersih positif selama berapa kuartal berturut-turut sejak awal pandemi.

Meskipun kekosongan secara regional meningkat, terjadi hanya secara terbatas dan terutama didorong oleh penawaran yang melebihi permintaan, yang pada akhirnya hanya memberikan sedikit tekanan kepada harga sewa. 

Prospek kawasan ini sama optimisnya dengan permintaan kantor selama tahun 2021 yang diperkirakan mencapai 5,1 juta m2. Angka ini adalah 77% di atas level pada tahun 2020 meskipun sebagian besar wilayah memasuki kembali lockdown yang berkepanjangan ketika varian Delta muncul, dan juga karena rekor permintaan di pasar Tier 1 di Cina daratan. 

Melihat ke tahun 2022, permintaan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut menjadi 6,7 juta m2 – mencerminkan pemulihan yang lebih kuat di seluruh wilayah – sebelum kembali ke tingkat pra- pandemi sekitar 7,7 juta m2 pada tahun 2023. Meskipun penerapan kondisi kerja yang fleksibel kemungkinan akan lebih luas diadopsi di seluruh kawasan, dampaknya terhadap permintaan diperkirakan akan relatif diredam karena keinginan karyawan untuk bekerja secara fleksibel lebih rendah di Asia Pasifik daripada di AS dan Eropa.

Ke depan, proyeksi pertumbuhan lapangan kerja dan “kembali ke kantor” secara bertahap – kemungkinan akan mengimbangi hambatan yang berasal dari penerapan kondisi kerja jarak jauh. Meskipun tingkat kekosongan regional diperkirakan akan meningkat menjadi 18% pada tahun 2023, hal ini menyamarkan fakta bahwa banyak pasar di seluruh wilayah memasuki periode pasokan yang terbatas selama dua tahun ke depan. Sebaliknya, angka regional sangat dipengaruhi oleh pasar India yang menyumbang 50% dari peningkatan kekosongan hingga 2023. 

Di tingkat sub-regional, permintaan kantor diperkirakan akan meningkat di sebagian besar negara pada tahun 2022. Selain itu, banyak negara yang diperkirakan menerima jumlah pasokan baru di bawah rata-rata. Dengan permintaan yang pulih dan pasokan yang relatif teredam, harga sewa diperkirakan akan mencapai titik terendah pada akhir 2021 hingga awal 2022, sekitar 12 bulan lebih awal dari yang diperkirakan pada awal tahun ini. Singapura, Seoul, Bengaluru, dan Pune memiliki prospek pertumbuhan harga sewa terkuat. 

Sementara itu, pasar perkantoran Jakarta diproyeksikan masih dalam kondisi kelebihan pasokan selama tahun 2022 karena adanya pasokan baru sekitar 195.000 m2 tetapi tidak diimbangi dengan adanya pemulihan dan permintaan baru yang sepadan selama tahun 2022.

Tarif sewa diperkirakan akan tetap di bawah tekanan selama 2022, sementara serviced charge kemungkinan akan meningkat setelah 2 tahun tidak mengalami penyesuaian karena situasi pandemi. 

Prospek investasi: Berada di jalur untuk mencetak rekor baru pada tahun 2022 

Meskipun pasar investasi tidak kebal terhadap dampak negatif pandemi, namun sektor ini relatif lebih cepat untuk pulih. Volume investasi pada tahun 2022 diperkirakan akan menyamai tingkat rekor yang terlihat pada tahun 2019 sekitar USD180 miliar.

Penggerak utama termasuk: suku bunga yang masih sangat rendah meskipun ada sedikit peningkatan pada tahun lalu, real estat sebagai investasi yang relatif aman terhadap inflasi, rekor jumlah dana mengendap yang tidak tersalurkan dan penyebaran modal yang intensif oleh para investor. 

Meskipun kami memperkirakan pasar investasi akan tetap sangat aktif, fokus yang lebih besar pada aset industri mungkin akan mengurangi volume transaksi rata-rata, sehingga aktivitas transaksi yang lebih aktif mungkin tidak menghasilkan volume keseluruhan yang lebih tinggi. Sisi positifnya, total nilai transaksi mungkin melebihi perkiraan USD180 miliar jika aset berkualitas tinggi atau portofolio besar masuk ke dalam pasar. 

Kelas aset baru yang muncul seperti data centersmultifamily, dan life sciences juga telah menarik perhatian para investor yang mencari return yang lebih tinggi dan/atau volatilitas yang lebih rendah. Semua kelas aset ini memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan menawarkan manfaat diversifikasi yang baik, namun dalam hal nilai total investasi sektor ini agak khusus dan oleh karenanya memberikan kesempatan terbatas untuk diversifikasi penanaman modal secara efisien. Meski demikian, kelas aset ini diharapkan nantinya akan semakin diminati oleh para investor. 

Untuk sektor pasar properti industri di Jabodetabek, saat ini pengembang masih melakukan pendekatan wait and see akibat ketidakpastian pandemi. Sementara permintaan di data center terus meningkat. Dari sisi pasokan, pasokan baru seluas 240.000 m2 diproyeksikan masuk ke pasar pergudangan pada 2022, menyusul permintaan yang relatif stabil bahkan di masa pandemi. Baik harga tanah industri maupun harga sewa gudang diperkirakan akan tetap stabil dalam 2 tahun ke depan. 

Mengenai Cushman & Wakefield 

Cushman & Wakefield (NYSE: CWK) adalah perusahaan jasa real estat global terkemuka yang telah memberikan nilai tambah kepada berbagai pemilik dan penghuni real estat. Cushman & Wakefield merupakan salah satu perusahaan jasa real estat terbesar dengan sekitar 50.000 pegawai yang tersebar di 400 kantor pada 60 negara.

Pada 2020, perusahaan ini tercatat memiliki penghasilan sebesar 7.8 milyar USD dari jasa utamanya di bidang properti, pengelolaan fasilitas dan proyek, penyewaan, pasar modal, penilaian, dan jasa lainnya.

Untuk mengetahui lebih lanjut, kunjungi cushmanwakefield.com atau ikuti @CushWake di Twitter. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article