Bagus jika masyarakat mulai meramaikan persoalan ketidakadilan. Gambaran dan narasi kesuksesan model Putri Tanjung dan Kaesang Pangarep memang layak dikritisi. Semangatnya bukan untuk iri dan dengki melainkan untuk menyadari hak dan kewajiban sebagai warga negara. Tak perlu dibahas hal-hal yang sudah jelas bahwasannya disiplin, kerja keras, kemauan untuk terus belajar, membentuk karakter yang unik dan kuat adalah beberapa ciri yang melekat pada kesuksesan.
Kita tidak bicara hal itu. Kita bicara hal yang lebih penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada yang salah dari kepemimpinan saat ini. Tidak seharusnya negara dikelola seperti sekarang ini. Mengapa masih banyak yang seolah buta untuk melihat ketidakadilan yang begitu telanjang saat ini?
Pejabat sedang demam segala hal yang baru: ibu kota baru, orang kaya baru. Soal orang kaya baru, Menteri BUMN Erick Thohir sendiri yang terang-terangan menyebut dia memang ingin menciptakan orang kaya baru sebab ia bosan selama ini orangnya itu-itu saja. Akhirnya berhasil.
Kakaknya, Boy Thohir, menjadi orang kaya baru yang masuk daftar Forbes dengan kekayaan US$ 2,6 miliar (Rp 37,1 triliun, kurs Rp 14.300). Bapaknya Putri Tanjung, Chairul Tanjung, pun demikian. Top 3 orang terkaya Indonesia. US$ 7,6 miliar alias Rp 108 triliun.
Apa itu kaya? Bagaimana menghitungnya? Dari mana kekayaan itu berasal? Mengapa ada sedikit orang kaya dan lebih banyak orang miskin? Mengapa negara tidak mampu menciptakan keadilan sosial? Mengapa hanya sedikit kalangan yang mengakses sumber daya negara untuk kepentingan diri dan kelompoknya?
Mengapa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara (dalam arti dibiarkan tetap miskin) sementara konglomerat, keluarga, dan kroninya juga dipelihara negara (dalam arti dibiarkan ada, dirawat, diberikan fasilitas dan jabatan)? Mengapa orang-orang yang memiliki privelege macam Putri Tanjung dan Kaesang diberikan panggung untuk menceramahi rakyat Indonesia tentang arti kesuksesan?
Kita buat sederhana. Kaya (net-worth) artinya aset lebih besar dari utang. Aset adalah segala sesuatu yang punya nilai: surat berharga, properti, dsb. Standar SEC AS, di atas US$ 1 juta (Rp 14,3 miliar) termasuk High Net Worth Individual. Bisa dilihat dalam daftar orang terkaya itu sebagian besar kekayaannya adalah saham: CT, misalnya, meroket karena saham BBHI. Anthoni Salim karena saham DCII. Jeff Bezos karena saham Amazon. Achmad Zaky karena saham Bukalapak.
Lantas di mana logika pernyataan Putri Tanjung ketika bercerita bahwa ia pernah rugi usaha Rp 800 juta dan mengurung diri 2-3 hari di kamar, kemudian menceramahi kita: high risk, high return?
Kita tidak menyalahkannya karena ia terlahir sebagai anaknya anak singkong. Jika itu alasannya sama saja merendahkan diri kita sendiri. Tapi kita melihat kapasitas dan konteks. Ia pejabat publik karena berstatus staf khusus milenialnya Jokowi bergaji Rp 51 juta. Ia bicara dalam forum Ruang Guru Youth Summit, salah satu platform digital mitra program Kartu Prakerja yang dikendalikan Lippo Group, yang hingga saat ini belum jelas pertanggungjawaban keuangan Rp 5,6 triliun APBN dan komisi yang diperolehnya. Ia bicara tentang risiko tinggi, apa yang dia risikokan?
Jika mengikuti logika pebisnis ‘sukses’ macam Kaesang, alasannya tidak takut gagal dalam berbisnis adalah karena, “ada bapak yang back-up.” Terus kita mau bilang apa?
Baiknya sesegera mungkin Putri Tanjung mundur dari jabatan stafsus Jokowi. Jika masih ada rasa malu. Masak high risk high return masih butuh disuapi negara tiap bulan.
Mari kita lihat bagaimana ketidakadilan ini bekerja. Hal yang sederhana semacam menayangkan video-video pelatihan yang seharusnya bisa dilakukan gratis di situs Kemenakertrans dibuat ribet dengan segala macam istilah yang terlihat keren dalam program Prakerja. Negara mengalokasikan Rp 5,6 triliun untuk peserta membeli video di platform digital (Ruang Guru, Bukalapak, GoTo, Sekolahmu dkk).
Dari situ mereka memotong komisi 15%. Bahkan pada awalnya Ruang Guru menjadi platform digital sekaligus penyedia video. Tahun ketika program Prakerja berlangsung adalah tahun pertama kalinya Ruang Guru memperoleh laba. Bukalapak pun kecipratan dan mulus melakukan IPO yang ditepuktangani oleh 10 menteri. Sebentar lagi GoTo juga IPO dan kelihatannya akan ditepuktangani juga.
Hitunglah sendiri. Masyarakat dapat Rp600 ribu, mereka miliaran. Sekarang, Erick Thohir akan mencetak orang kaya baru milenial dengan membentuk Indonesia Digital Tribe (IDT) yang mentornya adalah Najwa Shihab (adik dari pemilik Sekolahmu), Nadiem Makarim (Mendikbud sekaligus pemegang saham GoTo).
Bahasa humasnya adalah membentuk ekosistem digital. Kenyataannya nanti adalah ikan paus mencaplok ikan teri. Siapa Anda di hadapan monster-monster digital?