Oleh Suryo Winarno
Kini ekspor produk industri olahan kelapa menjadi target penghasil devisa oleh pemerintah dan pengusaha. Karena produk olahan kelapa menghasilkan devisa peringkat keempat setelah komoditi minyak sawit, karet, dan kakao dari sektor pertanian Indonesia.
Implikasinya, pengusaha domestik dan manca negara (India, Turki, Belanda, Belanda, Jerman) berlomba mendirikan perusahaan olahan kelapa di sentra-sentra penghasil kelapa seperti daerah Lampung, daerah Sumatera Barat, daerah Riau, daerah Medan, daerah Manado,dan Palu.
Sementara Badan Karantina Pertanian di Propinsi Riau, Provinsi Sumut, Provinsi Sulteng, Provinsi Sulut, aktif ke perusahaan memberikan layanan sertifikasi keamanan pangan produk olahan kelapa untuk mencegah dari cemaran mikrobia sebelum diekspor menuju manca negara.
Tahun 2019 ekspor olahan kelapa berupa 35,2 ton santan kelapa ke Belanda dan Inggris, 37,2 ton parutan kelapa ke Jerman dan Norwegia, 36 ton air kelapa ke Inggris, dan 118 ton santan kelapa ke Singapura, Kroasia, dan Tanzania.
Pada periode yang sama permintaan produk olahan kelapa dunia senilai US$ 11,6 miliar. Permintaan terbesar adalah daging kelapa US$ 3,91 miliar, diikuti air kelapa US$ 3,41 miliar, arang tempurung kelapa US$ 2,21 miliar, dan sabut kelapa US$ 0,2 miliar.
GO GREEN
Produk olahan kelapa dan turunannya dimiliki 62 perusahaan. Pertumbuhan industri olahan kelapa karena inovasi minuman ringan, tren konsumen go green (ramah lingkungan), bahan baku terbatas di negara tropis, dan produk minyak sawit dianggap merusak lingkungan.
Inovasi minuman ringan. Pemakaian air kelapa dalam minuman ringan untuk diproduksi perusahaan multinasional. Pepsi Cola dan Coca Cola di Brasil memakai air kelapa sebagai produk minuman ringan. Selain itu, kedua perusahaan menjual santan di supermarket Eropa dan Australia. Maka air kelapa menjadi minuman ringan tingkat dunia.
Tren konsumen dunia go green. Industri ramah lingkungan telah menjadi tren korporasi dunia. Aktivitas industri penyebab perubahan iklim seiring terjadinya peningkatan suhu bumi. Karena korporasi memakai energi fosil menghasilkan gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
Untuk mencegah kenaikan suhu bumi, dunia mensyaratkan industri memakai energi baru dan terbarukan. Misalnya, energi listrik, energi surya, energi hidro, energi angin, energi ombak laut, limbah organik seperti tempurung kelapa, dan cangkang kelapa sawit.