Rabu, Desember 25, 2024

Gelombang misinformasi dan disinformasi di tengah konflik Rusia-Ukraina

Must read

Memanasnya konflik antara Rusia dan Ukraina diikuti dengan kekhawatiran atas penyebaran disinformasi terkait konflik ini. Dalam sepekan terakhir, banyak klaim beredar di media sosial.

Klaim-klaim tersebut berupa video, foto yang dikaitkan dengan kondisi terkini dua negara tersebut. Pada aplikasi TikTok misalnya, tagar “Rusia” dan “Ukraina” meningkat, masing masing memiliki 37,2 miliar dan 8,5 miliar unggahan.

Melihat gelombang disinformasi dan misinformasi yang besar, sejumlah media sosial mengambil tindakan cepat sebagai upaya mengamankan pengguna mereka. Meta, perusahaan induk Facebook, mengambil langkah untuk melindungi akun pengguna di Ukraina dengan mengaktifkan fitur kunci profil dan membangun Pusat Operasi Khusus guna memantau dengan cermat apa yang terjadi di sana.

Fitur kunci profil dimaksudkan untuk memberi pengguna akses satu klik ke fitur privasi dan keamanan tambahan. “Saat profil mereka dikunci, orang-orang yang bukan temannya tidak dapat mengunduh atau membagikan foto profil mereka atau melihat postingan di linimasa mereka,” ungkap Kepala Kebijakan Keamanan Meta Nathaniel Gleicher.

Sementara Pusat Operasi Khusus kata Gleicher, ini dikelola oleh para ahli (termasuk penutur asli) sehingga tim keamanan dapat memantau situasi dengan cermat dan bertindak secepat mungkin.

Tak hanya Facebook, Twitter juga mengambil langkah pengamanan baru dengan mengunggah serangkaian tips di situs jejaring sosial tentang bagaimana pengguna dapat mengamankan akun mereka untuk mencegah peretasan, atau memastikan cuitan mereka bersifat pribadi dan hanya dapat dilihat oleh pengikut.

Tips keselamatan juga disebarkan dalam bahasa tiga bahasa, yakni Inggris, Rusia dan Ukraina. “Saat menggunakan Twitter dalam konflik atau area berisiko tinggi lainnya, Anda perlu tahu cara mengelola profil dan informasi digital Anda. Menyiapkan otentikasi dua faktor memastikan bahwa orang luar tidak dapat mengakses profil Anda,” cuit @TwitterSafety.

Facebook dan Twitter memang platform media sosial yang sering digunakan untuk menyebarkan informasi penting di masa krisis. Tetapi juga menjadi ladang subur bertumbuhnya misinformasi dan disinformasi.

Selain itu, Facebook dan Youtube juga memblokir sejumlah saluran Rusia, termasuk media yang disponsori pemerintah, agar tidak bisa memonetisasi uang dari platformnya. Rekomendasi saluran tersebut kepada pengguna Youtube juga otomatis akan dibatasi. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article