Mendorong pertumbuhan jaringan rantai pasokan di kawasan Asia Pasifik
- Asia Tenggara dan India menjadi bintang yang sedang menanjak
- Konfigurasi jaringan, lokasi fasilitas, dan spesifikasi bangunan merupakan pertimbangan utamauntuk optimalisasi rantai pasokan
Pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir memberikan sorotan pada jaringan rantai pasokan di seluruh dunia karena gangguan pasokan menjadi masalah utama yang mempengaruhi arus perdagangan secara global dan regional. Peran Asia dalam perdagangan global juga telah berubah dan dengan semakin pentingnya perdagangan intraregional di Asia, perusahaan harus mengkonfigurasi ulang, membangun jaringan logistik dan industri mereka di kawasan ini, demikian laporan Cushman & Wakefield’s report, ‘The Role of Asia Pacific in Global Supply Chains’.
“Ketika ekonomi dunia pulih dan para pelaku bisnis mulai mencari cara yang efektif untuk mengatasi volatilitas rantai pasokan, ada tuntutan yang lebih besar untuk menjadi lebih tangguh dan mendisain jaringan rantai pasokan yang fleksibel, responsif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan regional. Pendekatan ‘Asia untuk Asia’ diperkirakan menjadi ajang untuk pertumbuhan jaringan rantai pasokan di kawasan ini, khususnya di Asia Tenggara dan India serta menyorot faktor-faktor penting yang berkontribusi terhadap optimalisasi jaringan ini,” kata Tim Foster, Head of Supply Chain & Logistics Advisory, Asia Pacific at Cushman & Wakefield.
Dalam laporannya, Cushman & Wakefield memantau dampak gangguan, perilaku belanja pelanggan, dan megatren yang mendasari desain rantai pasokan dan jaringan logistik, mencatat bahwa konsumen Asia diharapkan untuk membeli lebih banyak produk yang berasal dari dalam kawasan, dan tren ini didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi dan demografi yang kuat di wilayah tersebut.
Pada tahun 2030, Asia diperkirakan akan menyumbang lebih 40% output ekonomi global, 54% populasi global dan secara mengejutkan 65% kelas menengah global. Oleh karena itu, jumlah perdagangan yang terjadi di Asia akan tumbuh dan memiliki konsekuensi yang signifikan pada desain jaringan rantai pasokan di wilayah tersebut.
Walaupun banyak pelaku bisnis yang masih mengalami volatilitas akut dalam rantai pasokan mereka terkait tekanan COVID, situasi ini diperkirakan agak mereda menjelang akhir 2022. Mengingat perkiraan pertumbuhan di kawasan tersebut selama dekade berikutnya, manufaktur berbasis produk teknologi di Asia akan tumbuh, dengan Asia Tenggara dan India akan menjadi bintang baru yang menanjak di jaringan rantai pasokan regional.
“Asia akan terus menjadi sumber utama barang jadi untuk pasar global. Manufaktur komponen dan sub-rakitan akan meningkat di pasar seperti Vietnam, Indonesia dan India. Pasar-pasar ini akan meningkatkan rantai nilai dan mulai memproduksi lebih banyak barang jadi karena kapasitas China lebih banyak digunakan untuk melayani permintaan domestik mereka. Makanan dan minuman akan mendorong pertumbuhan perdagangan intraregional mengingat sifatnya yang mudah rusak serta kebutuhan untuk integritas dan ketertelusuran rantai pendingin, sehingga Indonesia, Vietnam, Filipina, dan Malaysia menjadi pasar utama,” kata Mr. Foster.
Rancangan dan konfigurasi rantai pasokan untuk memenuhi permintaan konsumen yang berubah, dengan memanfaatkan megatren seputar demografi, urbanisasi dan kemajuan teknologi, dan dengan mempertimbangkan pergeseran dan gangguan struktural memiliki dampak langsung pada permintaan logistik dan real estat industri.
Pertumbuhan ritel online telah mengakibatkan pesatnya pertumbuhan jaringan e-commerce ke konsumen, mendorong permintaan akan ruang di sub-pasar di sekitar area metropolitan utama yang terjangkau oleh jaringan transportasi.
Pengembangan baru fasilitas real estat juga harus mengadopsi teknologi, otomatisasi, dan analisa prediktif untuk merencanakan dan menyalurkan inventaris dari vendor ke konsumen untuk mempercepat pemenuhan pesanan dan efisiensi ruang.
Transparansi dan keberlanjutan juga menjadi semakin penting, dengan pemasok sering kali diminta untuk memberikan informasi tentang praktik kesehatan, keselamatan, tenaga kerja, dan lingkungan mereka, yang kemudian mengalir ke hilir melalui rantai pasokan saat perusahaan berusaha memenuhi target Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) mereka sendiri.