Pertama, hadirnya pemerintah yang kuat sekali membela keberagaman. Pemerintah menegakkan hukum. Pemerintah melindungi perbedaan paham agama. Juga perbedaan politik.
Pemerintah juga menghukum mereka yang mengumbar ujaran kebencian. Pemerintah bergerak cepat memberantas kekerasan, termasuk yang bernuansa agama.
Kedua, hadirnya civil society, individu, tokoh berpengaruh, yang terus menerus menumbuhkan social trust, kebersamaan dalam masyarakat.
Selalu dipompakan sikap agree to disagree. Perbedaan pandangan bahkan soal agama, juga politik, hal biasa. Seruan melihat perbedaan politik dan sikap agama secara rileks saja, sering dikumandangkan.
Semakin sejahtera sebuah negara, semakin tinggi pendidikan masyarakat, semakin terbiasa hidup dalam perbedaan, semakin semua itu menambah kuat kultur social trust.
-000-
Peristiwa yang menimpa Ade Armando bisa menimpa siapa saja.
Apa nyamannya hidup di masyarakat yang sangat terbelah? Lalu perbedaan pandangan diselesaikan dengan kekerasan?
Berkaca dari kasus Ade Armando, di samping kita memberikan rasa simpati kita pada Ade Armando selaku korban. Di sampung kita menyerukan pemerintah untuk lebih hadir dan tegas melindungi keberagaman.
Di samping kita berharap lebih banyak civil society menyebarkan pandangan toleransi.
Kita juga menyerukan kepada diri kita masing- masing. Masukkan ke batin kita dalam- dalam: ini era ketika perbedaan politik dan perbedaan paham agama sesuatu justru harus dirayakan! (*)
Catatan: *Pew Research Center menggolongkan Indonesia sebagai negara yang social hostility index-nya tinggi.