Kamis, Desember 19, 2024

Memahami “harapan politik” Ganjar Pranowo

Must read

Artinya, pintu untuk menjadi calon presiden masih terbuka lebar jika dalam rentang waktu dua tahun ini Ganjar berhasil menunjukkan sikap politik yang tepat di satu sisi dan prestasi yang pantas sebagai pejabat publik di sisi lain yang sangat berpotensi membesarkan nama PDIP. Karena bagaimanapun, bagi Ganjar Pranowo, opsi ideal untuk maju sebagai calon presiden adalah dengan mendapatkan mandat dari Megawati alias bersama PDIP dan mendapat kepercayaan dari Jokowi sebagai penerus yang dipercaya untuk melanjutkan semua kebijakan.

Realitas politik hari ini memang belum menunjukkan tanda-tanda bahwa opsi ideal itu sudah mendekati Ganjar. Para pengamat dan komentator politik masih meyakini bahwa Jokowi dan Megawati belum satu biduk dalam perkara siapa calon penerus Jokowi.

Namun kembali lagi pada kearifan politik Ganjar tadi bahwa realitas politik hari ini bisa saja tidak permanen. Dan harapan untuk dihadapkan dengan opsi ideal itu masih disimpan dengan rapi oleh Ganjar bahwa boleh jadi akan ada satu titik yang akan mempertemukan perbedaan-perbedaan hari ini di mana titik itu boleh jadi adalah Ganjar Pranowo. Harapan Ganjar tersebut perlu diapresiasi.

Toh bukan tipikal politik Ganjar Pranowo untuk berseberangan secara serampangan dengan pemimpin besar seperti Megawati. Ganjar tentu akan menjalankan cara-cara yang etis dan legal untuk memenangkan hati Megawati dan mendulang simpati di kalangan internal PDIP. Jika pada satu titik nanti ternyata berada pada posisi politik yang tidak sama, saya yakin, Ganjar tidak akan menjadikannya sebagai posisi yang perlu dipertengkarkan.

Boleh jadi akan diserang atau di-bully layaknya yang terjadi beberapa waktu belakangan. Namun Ganjar nampaknya akan memilih menyikapinya dengan sikap khasnya seperti tempo hari alias tidak perlu bereaksi berlebihan kalau hanya untuk menambah kegaduhan di ruang publik nasional yang memang sudah gaduh.

Namun, sikap politik demikian tentu tidak boleh dijadikan senjata politik oleh pihak-pihak tertentu, terutama para pihak yang memang ingin menjegal jalan poltik Ganjar di internal partai. Waktu masih panjang. Ganjar punya kesempatan yang sama dengan Puan Maharani atau dengan kandidat potensial lainnya untuk menunjukkan kelebihan dan keunggulannya sebagai seorang bakal calon presiden.

Kemudian, kepatuhan Ganjar kepada partai hendaknya menjadi salah satu pintu bagi Ganjar untuk tetap berkembang secara politik dengan menuai benih-benih prestasi di bawah bendera PDIP, tanpa harus dipertentangkan dengan Puan Maharani atau Megawati. Pun kepatuhannya kepada partai juga semestinya membuat Ganjar semakin serius dalam bergandengan dengan Jokowi untuk menyukseskan segala kebijakan dan program nasional yang telah ditetapkan Istana.

Di dalam politik kepartaian, Ganjar dan Megawati mau tak mau harus sejalan. Namun di dalam arsitektur tata pemerintahan, Ganjar dan Jokowi pun tak bisa dipisahkan. Gubernur adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat dan menjadi representasi politik pemerintahan Jokowi di provinsi yang dipimpinnya.

Dengan kata lain, Jokowi mau tak mau memang harus mendukung apapun program dan kebijakan Ganjar di Jawa Tengah selama itu selaras dengan kepentingan Istana. Perkara relasi politik pemerintahan semacam itu akan berbuah koalisi strategis antara Ganjar dan gerbong non partai Jokowi adalah perkara lain. Jokowi tentu ingin menjadi “King Maker.” Dan itu hak Jokowi sepenuhnya.

Jika Jokowi ingin memilih Ganjar sebagai penerusnya, tentu tak ada yang bisa melarang. Setidaknya, sebagai seorang presiden, Jokowi memiliki “resources” untuk itu. Jokowi bisa dengan berbagai instrumen kekuasaan yang ia miliki mendukung dan menyokong Ganjar Pranowo, baik terang-terangan ataupun diam-diam.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article