Rabu, Desember 25, 2024

Masuk saham atau bertahan di deposito bank

Must read

Oleh Eddy Herwanto

Belum ada berita bagus bagi pemilik tabungan dan deposito. Imbal hasil atas dana mereka di perbankan rasanya tidak akan berubah sampai Juli berakhir kelak. Bank Mandiri masih akan memberikan bunga 2,25%, dan BCA 1% untuk simpanan setahun.

Sikap menahan diri perbankan itu diambil setelah Bank Indonesia, dengan percaya diri, menahan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap 3,5% pada rapat 23 Juni 2022 – bertahan sejak Januari. BI percaya, sekalipun Federal Reserve Bank AS, sudah dua kali menaikkan Federal Fund Rate (FFR) hingga 1,7%, pelarian masif modal asing dari portfolio surat berharga RI tidak akan terjadi.

Dengan angka inflasi 2,56% (Januari – Mei 2022), pemilik dana sesungguhnya tidak mendapat imbal hasil memadai. Hebatnya, semangat menabung atau mendepositokan dana ke perbankan tidak juga kendor.

Pada Januari – Mei itu, dana pihak ketiga (DPK) di perbankan naik dari Rp 7.546 triliun ke Rp 7.588 triliun (tumbuh 9,5%) – deposito tumbuh 37% menjadi Rp 2.809 triliun; rekening DPK juga bertambah dari 386.319 ke 479.870.

Alhamdulillah. Dengan BI menahan Repo Rate tetap 3,5%, Kementrian Keuangan berharap imbal hasil SBN rupiah yang kelak diterbitkan bisa bertahan moderat, sehingga bisa mengurangi tekanan pada arus kas APBN 2022. Apalagi surplus arus kas APBN (sampai Mei) tercatat Rp132,2 triliun berkat naiknya penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai serta PNPB akibat boom ekspor CPO terutama, dan nikel olahan.

Dengan surplus sebesar itu, penarikan utang baru tahun 2022 diperkirakan hanya Rp 750 triliun dari rencana di awal tahun Rp 973 triliun. Turunnya rencana penarikan utang itu juga otomatis akan mengurangi kewajiban BI membeli SBN sebagai bagian dari strategi berbagi beban dengan Kementrian Keuangan. Sampai 22 Juni, BI baru membeli SBN Rp.32,54 triliun.

Pembelian SBN 2022 itu jauh lebih kecil dari pembelian tahun 2021 lalu yang Rp 358,32 triliun dan Rp 574,59 triliun tahun 2020 – saat Kementrian Keuangan membutuhkan banyak dana untuk membiayai program Pemulihan Ekonomi Nasional. Untuk membiayai pembelian SBN itu, BI harus utang lebih dari US$ 8,5 milyar (April 2022) dari pasar internasional.

Membaiknya indikator ekonomi itu menaikkan kepercayaan Presiden Joko Widodo yang hadir di pertemuan negara industri G7 (minus Rusia) di Jerman. Juga saat Presiden bertemu Presiden Ukraina Vlodimir Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin secara marathon sejak 29-30 Juni 2022 untuk menyudahi invasi Rusia ke Ukraina. Perang berakibat buruk pada harga pangan dan energi yang harus dibayar banyak negara berkembang.

Harga minyak pasti akan turun jika perang berakhir, sehingga akan berpengaruh baik bagi pengelolaan APBN berjalan, setidaknya akan mengurangi kebutuhan subsidi.

Sampai Mei, pemerintah sudah mengeluarkan Rp157,9 triliun untuk Perlindungan Sosial, Rp 75,4 triliun untuk subsidi BBM, gas LPG 3 kg, pelanggan listrik, pupuk, termasuk subsidi perumahan, serta anggaran Kesehatan Rp 59,2 triliun.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article