Jumat, Desember 20, 2024

18 koreografer muda di Temu Seni di Teges Kanginan Ubud 

Must read

Belajar dan pentaskan tari kecak bersama Maestro I Ketut Rina

Sebanyak 18 koreografer muda peserta ajang Temu Seni bertema tari yang dihelat di Ubud, Bali belajar dan mementaskan tari kecak dalam sebuah sesi workshop yang disampaikan oleh maestro tari kecak I Ketut Rina di sanggar Cak Rina di desa Teges Kanginan, Ubud.

Setelah menyelesaikan workshop singkat, 18 koreografer bersama I Ketut Rina dan sejumlah seniman setempat mementaskan tari kecak dengan begitu apik dan kompak, berhasil memukau penonton yang hadir memenuhi pelataran Pura Kahyangan Tiga, Banjar Teges Kanginan Kamis malam.

Setelah melalui serangkaian kegiatan napak tilas ke situs suci, berbagi metode dan Latihan di sesi Laboratorium Seni, sarasehan dan diskusi serta FGD, di hari ke-4 Temu Seni dengan tema Tari, 18 koreografer berkesempatan untuk merasakan langsung pengalaman terlibat dalam produksi tari kecak, sebuah karya seni epik Bali yang begitu dikenal di seluruh dunia.

Bersama maestro tari I Ketut Rina, koreografer-koreografer muda ini tidak hanya diajak mendalami filosofi dibalik gerakan ritmis dan mistis tari kecak, namun juga langsung mementaskannya di depan audiens. 

Menurut I Ketut Rina, yang juga dikenal dengan Cak Rina, banyak yang mengatakan semua orang di Bali adalah penari, dan dalam beberapa hal ini ada benarnya. Karena di Bali unsur-unsur estetik mendapat kesempatan untuk berkembang, termasuk budaya tari dimana ia menggunakan tubuh sebagai medium yang mengakomodir unsur-unsur estetis tersebut.

Sebagai sebuah karya seni yang sudah diwariskan turun temurun, Tari Kecak sarat dengan unsur estetis yang disebutkan tadi. Tari Kecak menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, menyatu dengan lingkungan, berkembang dalam berbagai dimensi. 

Lebih jauh, Cak Rina memaparkan, “Tari Kecak yang saya ajarkan teatrikal, dan memasukkan unsur-unsur kehidupan masyarakat sekitar, sangat dinamis dan membangkitkan energi. Dinamis dalam arti ia tidak berpaku pada pakem tertentu, karena memaanfaatkan komposisi, suasana dan aura tempat tarian dipentaskan menjadi sebuah sumber energi bagi para penari.”

“Saya berharap, konsep Tari Kecak ini memberi inspirasi para koreografer muda peserta Temu Seni, bahwa dalam menggarap ide sebuah koreografi, kita tidak boleh terpaku hanya pada satu genre tari saja. Ikutilah perkembangan zaman, jangan ragu menyerap ilmu dari siapa dan mana saja, maka inspirasi akan mengalir, menjadi kaya dan akhirnya mengkristal menjadi sebuah karya koreografi yang bisa dinikmati semua orang.”

Koreografer peserta Temu Seni dri Bali, Ayu Anantha Putri, menyampaikan, “Belajar kecak dgn Cak Rina menguras tenaga tapi sangat menyenangkan. Saya belajar menari itu juga berinteraksi. Menyesuaikan ritme kita dengan penari lain, sehingga muncul koneksi yang ritmis.” 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article