Sementara itu, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo menjelaskan bahwa ajang Temu Seni Performans menuju festival mega event Indonesia Bertutur 2022 diadakan dengan mengacu pada kerangka besar Indonesia Bertutur yaitu “Mengalami masa lampau, menumbuhkan masa depan”.
Dilaksanakan selama seminggu, acara ini berkerangka laboratorium dimana berbagai gagasan dan praktik seni performans akan dipertemukan, diuji dan dipresentasikan.
Pada kerangka ini pengalaman akan masa lampau tidak hanya ditengok ulang lewat situs cagar budaya, namun juga dipertemukan dengan perspektif dan tubuh kekinian. Harapannya, laboratorium ini bisa mengenali kaitan dan keberlanjutan yang lampau dan yang akan datang lewat praktik-praktik ketubuhan dalam tari dan koreografi.
Menuju festival mega event Indonesia Bertutur 2022
Fasilitator Temu Seni, Afrizal Malna menuturkan bahwa momen kunjungan situs oleh para seniman muda ini menarik karena pertemuan awal ini justru mendatangi sebuah lokasi sejarah yang paling tertua ditengah kenyataan sejarah Indonesia yang masih terus bergerak dinamis, belum mencapai kematangan atau belum selesai. Ini menjadi sebuah upaya kerja yang menarik dalam konteks praktik-praktik seni performans/performance art.
Melalui kunjungan ke situs budaya ini, sebagai fasilitator membayangkan seniman muda performans ini menangkap Leang-Leang sebagai sebuah praktik seni media, di mana mungkin berbeda sama sekali dengan cara melihat dari seni pertunjukan lain seperti tari atau teater.
Peserta mungkin bisa mengembalikan materi paling dasar, sebuah kerja yang tidak kompleks, berusaha keluar dari praktik-praktik konvensional dimana ada kesetaraan antara tubuh dengan material.
Ini yang menarik di mana menempatkan praktik pengkaryaan seni dengan sejarah dan materi yang tersedia. Di sesi Laboratorium Seni awal ini juga mungkin terbuka dengan diskusi antara sesama peserta, sebuah komunikasi dasar.
Temu Seni dengan tema Perfomans yang dilaksanakan di Makassar melibatkan 20 peserta dari berbagai provinsi, 2 fasilitator; yaitu seniman performans, perupa dan pegiat seni budaya, Marintan Sirait dan sastrawan dan penulis, Afrizal Malna, serta 5 narasumber; Arkeolog, Drs. Muhammad Ramli, Kepala BPNB Sulsel, Andi Syamsu Rijal, SS., M.Hum., Puang Matoa Bissu, Bissu Nani, Astronom, Dra. Premana W. Permadi, Ph.D., dan sutradara dan akademisi, Dr. Asia Ramli, M.Pd.