“Untuk itu, selama pandemi Covid-19, infrastruktur kita genjot. Karena ini urat nadi sekalgus modal utama untuk wisatawan datang secara nyaman ke Jember. Terutama dari daerah pinggiran yang berbatasan dengan Jember,” jelasnya.
Menebar Jala Melalui Event Mengundang Wisatawan
Setelah 20 bulan menjabat sebagai Bupati Covid-19, dalam delapan bulan terakhir Jember telah membangun 1.200 KM berikut 30 ribu unit lampu untuk penerangannya.
“Jalan rusak di Jember mencapai 1.900 KM masih ada 700 KM lagi yang akan kita gaspol. Bagi warga Jember mungkin ini tidak ada nilainya. Tapi, bagi orang lain (di luar Jember) ini bak bius. Mereka secara tidak sadar merasakan jalan yang enak, dan lebih memilih ke Jember daripada ke pusat kota mereka masing-masing yang jauh,” ujarnya.
Setelah mereka ‘terbius’ dengan kenyamanan dan kemudahan akses, secara perlahan dan halus Jember mulai ‘menebar jala’ dengan menggelar event agar berduyun-duyun datang dan bertransaksi di Jember.
“Setelah larangan menggelar event diperlonggar, Jember langsung mendatangkan Tulus untuk konser di Jember. Event disubsidi APBD, harga tiket dapat dijual murah, sponsorship pun masuk semua, masyarakat disekitaran Jember pun berdatangan,” urai Bupati Hendy.
Paham akan masalah akses wisata, Jember pun berencana awal tahun 2023 akan kembali menghidupkan bandara yang 20 tahun terakhir tertidur pulas. Ini pun bukan perkara mudah bagi daerah yang ternyata juga memiliki 18 hole lapangan golf ini.
Secara runway, bandara Jember memiliki landas pacu sepanjang 1,6 KM, artinya hanya dapat didarati oleh pesawat ATR. Agar Boeing dapat melandas, Jember harus menambah lagi landasan pacu dan sedang bernegosiasi dengan pihak PTPN 12 sebagai pemilik lahan.
“Pada 1 Januari tahun 2023 mendatang, bertepatan dengan ulang tahun Jember, kami akan carter pesawat ATR jenis Caravan 208B dari Prime Air selama setahun kedepan agar Bandara kembali berfungsi sekaligus membuktikan bahwasannya Jember memiliki load factor agar selanjutnya dapat menjadi penerbangan regular,” paparnya.