Oleh Farid Gaban – Ekspedisi Indonesia Baru
Pemerintahan Jokowi mengulang kesalahan Pemerintahan Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono: mengembangkan food estate (lumbung pangan) yang berakhir mangkrak. Apa yang salah? Dan apa alternatifnya?
Pada masa Orde Baru, Soeharto memerintahkan mencetak sejuta hektar sawah di lahan gambut Kalimantan. Tepatnya seluas 1,4 juta ha.
Proyek itu gagal total meski sempat mendatangkan 15.000 lebih petani dari Jawa lewat program transmigrasi.
Pada masa Susilo Bambang Yudhoyono, ide proyek food estate kembali muncul, antara lain dengan mengembangkan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Papua. Pada intinya mengembangkan pertanian pangan yang terpadu dengan perkebunan sawit (biofuel).
Proyek pangan gagal. Yang marak adalah serbuan investasi sawit ke Papua yang justru memiskinkan keragaman hayati pangan pulau ini.
Proyek MIFEE adalah bagian dari Konsep Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Jokowi, yang tidak punya konsep, mengadopsi MP3EI Yudhoyono dengan lebih agresif, khususnya dalam aspek pembangunan infrastruktur fisik. Salah satunya adalah mengembangkan food-estate di Kalimantan.
Pernyataan Menteri Infrastruktur Basuki Hadimulyo di bawah ini mengindikasikan bahwa proyek food-estate di Kalimantan bakal mangkrak mengikuti contoh era Soeharto dan SBY.
Apa yang salah?
Pertama, proyek food-estate tidak didasari perencanaan yang matang dan studi komprehensif. Bahkan mengabaikan fakta sains yang elementer.
Kedua, keliru asumsi dan prioritas bahwa soal pangan dan pertanian terutama adalah tentang infrastruktur fisik seperti bendungan, irigasi dan traktor.
Ketiga, yang paling mendasar, keliru cara berpikir. Keliru paradigma mengembangkan pertanian skala besar, seringkali dengan mengabaikan petani kecil.
Ketahanan dan swasembada pangan tidak bisa dan tidak seharusnya disandarkan pada pengembangan pertanian industri skala besar.
Pertanian skala besar akan cenderung bersifat monokultur. Artinya makin menyeragamkan sumber pangan, menghilangkan atau melupakan keragaman pangan yang bersumber pada keragaman hayati negeri kita.