Minggu, November 24, 2024

Beban bintang, jenderal berguguran

Must read

Namun kemudian ia merasakan tidak ada traction, kemajuan signifikan, yang dikehendakinya sesuai visi dan misi organisasi.

Setelah terbuka untuk asesmen, dapat diketahui, problem mendasar JG adalah sikapnya yang menganggap orang-orang di sekitarnya tidak mampu memahaminya. Saat merasa kurang dapat dimengerti, JG menjelaskan lebih banyak tentang dirinya – yang ternyata, di luar perkiraannya, malah membuat orang-orang di sekitarnya pada sebal.

Rupanya JG cenderung sulit bersikap legowo, tidak pula mau kelihatan rentan di hadapan orang-orang yang dia pimpin – ‘kan sudah terbukti sukses berkarir, harus selalu tampak hebat dong, pikirnya. Bahkan tidak pernah menimbang kebutuhan dan concern para anggota tim. Kasarnya: “Gue bos, kalian pada ikuti gue dong.” Tidak peduli sedang sakit atau belum menguasai persoalan, pokoknya anggota tim harus menjalankan perintah.

Kasus lain orang sukses, setara dengan jenderal, yang mentok di posisi sekarang juga terjadi pada HS (silakan Anda isi sendiri kepanjangannya). Ia terpilih jadi CEO karena prestasinya dulu sangat mengesankan, disiarkan media selalu berhasil mengubah haluan organisasi meraih sukses.

Tapi sekarang dia bingung menghadapi tim yang dianggapnya sering gagal mencapai target. Maka HS terus memperbaharui strategi dan planning. Untuk itu dia datang lebih awal ke kantor dan pulang paling belakang. Keluarganya mulai protes.

Saat terbuka untuk asesmen dan evaluasi mandalam, ketahuan bahwa sebagai pimpinan puncak HS lebih banyak sibuk dengan tujuan dan targetnya sendiri. Ia terus fokus pada goal dan menekan tim untuk meraihnya. Karena merasa dirinya cerdas dan hebat, HS merasa tidak selalu perlu melibatkan tim dalam proses pembuatan keputusan strategis.

Rupanya di antara kita banyak yang masih khilaf bahwa kepemimpinan efektif tidak ditentukan oleh jumlah bintang di pundak, jabatan, sukses masa lalu atau ketenaran, sering tampil di media sosial. Karena semua itu tahayul, setiap saat bintang di pundak hanya kenangan, utamanya saat dicopot dari jabatan.

Kepemimpinan lebih dipengaruhi oleh perilaku sehari-hari, kualitas interaksi dengan tim, sikap rendah hati menerima pendapat orang lain, dan keberanian merasakan ketidaknyamanan (hal-hal counterintuitive) yang mesti dijalani agar mampu lebih cerdas merespon realitas.

Mohamad Cholid is Member of Global Coach Group (globalcoachgroup.com)    

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article