Oleh: Andre Vincent Wenas
Dipicu emosi yang tak terkendali, mungkin lantaran cemburu atau termakan omongan pacarnya, Dandy menghajar habis-habisan David. Bahkan sampai koma.
Pasca insiden penganiayaan itu persoalan pun melebar ke soal gaya hidup yang sering dipamer-pamer oleh Dandy di media sosialnya. Ternyatalah ia anak seorang pejabat pajak di negeri ini. Bukan dari hasil kerja atawa prestasinya sendiri. Kasusnya pun melebar ke ranah bapaknya.
Pertanyaan publik jadi, dari mana harta segitu banyaknya bisa diperoleh sorang pegawai negeri sipil eselon dua? Warisankah? Atau kerja kongkalikong selama ini? Pertanyaan yang wajar saja sih.
Itu yang dilaporkan, bagaimana dengan harta pejabat publik yang tidak dilaporkan? Lha ternyata plat nomor mobil Jeep Rubicon itu palsu kok …alias tidak bayar pajak! Bagaimana yang moge? Atau lain-lainnya? Waduh…
Publik pun berceloteh nakal: Rakyat harus taat bayar pajak, sedangkan aparatnya mengemplang pajak. Ironis, pejabat pajak mengemplang pajak.
Dari semula masalah anak muda jadi urusan pejabat publik. Masuk ke ranah hukum. Tak terelakan lagi, nasi sudah jadi bubur. Apa boleh buat.
Bapaknya pun dicopot dari jabatannya. Gegara ulah anaknya, bapaknya pun jadi tersangkut-sangkut. Bahkan sekarang semua pegawai di instansi pajak ikut disoroti publik. Benarkah laporan kekayaan yang selama ini mereka laporkan? Jujurkah?
Dari instansi pajak bisa saja merembet ke ranah lain yang lebih luas. Orang bilang kok jadi runyam ya? Ya runyam, tapi perlu. Demi institusi pemerintah yang lebih bersih. Seperti yang kita idamkan selama ini.