Dari Sop Matahari hingga Kopi Manggarai
Tentu, bukan cuma view Merapi daya tarik utama Tjondrogeni. Tapi juga sop matahari, thengkleng solo, sego penek buntil, jadah tempe bacem, dan – ini dia – kopi asli Manggarai, Nusa Tenggara Timur, lengkap dengan baristanya.
Terkait muasal kopi, bukan kebetulan, suami Wenie berasal dari Manggarai. Dengan mencecap secangkir kopi Manggarai plus beraneka penganan nendang lainnya, tak berlebihan untuk mengatakan: Tjondrogeni telah menjadi destinasi wisata baru di Jogja yang layak dikunjungi.
Wenie Marwati menambahkan, nama Tjondrogeni sebenarnya menunjuk pada gunung yang berada di empat kabupaten: Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali. Mengutip Serat Pustaka Raja Purwa karya R.Ng. Ranggawarsita, Tjondrogeni adalah nama asli dari gunung berapi yang kemudian dikenal dengan nama Merapi.
Berasal dari dua kata: Tjondro yang bermakna bulan dan Geni bermakna api, Tjondrogeni hakikatnya menunjuk pada semangat kuat untuk menggapai rembulan, yang antara lain diwujudkan lewat upaya nguri-uri kabudayan, menumbuhkembangkan kebudayaan. Tidak terkecuali melalui resep masakan dan usaha kulineran.
Bulan itu sendiri merupakan simbol dari keindahan, impian, sekaligus kekuatan besar lewat gravitasinya. Sedangkan geni merupakan simbol lompatan peradaban. Dari olah seni masakan oleh manusia pertama – yang menemukan api tanpa melalui fase memasak – ke zaman modern di mana mengolah masakan kini membutuhkan api.
”Kami optimistis, Tjondrogeni dapat menjadi destinasi kuliner unggulan dengan sajian ’3 in 1’: hidangan tradisional Nusantara, panorama indah dengan view Merapi, dan layanan ramah dalam bingkai hospitality,” pungkas Wenie, seraya menambahkan: Tjondrogeni terus memoles diri untuk segera menjadi venue reunian, bahkan resepsi mantenan.