Oleh Dimas Supriyanto
Sejujurnya, sampai sejauh ini, saya belum yakin, Kaesang Pangarep benar benar mau terjun ke politik dan mencalonkan diri jadi Walikota Depok. Sebelumnya dia pasang baliho besar dan menyatakan ‘siap’ – yang ditafsirkan siap menjadi kepala daerah – tapi ternyata hanya “gimmick” untuk perkenalan bisnis kuliner barunya.
Andai pun dia nyalon, saya juga masih belum yakin – bahkan tidak yakin – dia akan menang di pemilihan di wilayah yang 18 tahun terakhir berada dalam cengkeraman politisi PKS.
Sebab, mengutip pengakuan “orang dalam” sendiri: PKS adalah ”partai komunis dalam cita rasa ideologi Islam” – yang cenderung menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan politiknya. Termasuk membawa warga luar Depok untuk menambah suara mereka.
Akan tetapi, saya sudah yakin bahwa atas pemunculan nama Kaesang Pangarep, para politisi yang berkuasa di Depok panik, kelimpungan dengan munculnya sosok “pesaing” atau kandidat baru yang tak terduga; anak muda generasi Z – yang berpembawaan “nyleneh” dan kocak itu.
Hal itu terlihat dari tanggapan Walikota Depok, Mohammad Idris, yang langsung ngegas, “darting”, hilang akal sehatnya, dan merosot kecerdasannya – menghadapi pemunculan anak bontot Jokowi yang ramai diberitakan mencalonkan diri sebagai calon penerusnya di Depok.
“Jangan coba-coba jadi walikota di kota Depok kalau belum memahami tentang karakter Depok. Karakter Depok perlu dipahami dulu, karakter warganya juga begitu,” ungkap Idris dikutip dari YouTube Kompas TV, Senin (26/6/2023).
Karakter Depok harus dia paham dulu, karakter warganya juga begitu, beda orang Betawi sini dengan orang Jawa itu beda, walaupun di Depok banyak orang Jawa.
Sang Wali Kota yang masih memerintah itu pada Jumat (23/6/2023) menyindir minat putera bungsu Presiden Jokowi, yang berminat terjun ke politik dan ikut pemilihan walikota. M. Idris bahkan membawa bawa dikotomi karakter suku Betawi dan Jawa.
“Orang Jawa di Depok sudah berinteraksi dengan masyarakt urban, makanya harus belajar banyak dulu,” timpalnya.
“Beda Betawi sini sama Jawa, orang Jawa di Depok sudah banyak berinteraksi dengan masyarakat urban,” katanya, memberikan gambaran terkait karakterstik warga Depok.
Walikota Idris yang sedang giat mempromosikan isterinya, Elly Farida yang terngah maju menjadi bakal calon anggota legislatif (bacaleg) DPRD Provinsi Jawa Barat dari PKS mewanti-wanti kepada Kaesang agar jangan coba-coba mencalonkan Wali Kota Depok, kalau belum memahami kota Depok serta karakteristik masyarakatnya.
“Karena warga Depok cerdas-cerdas dan kritis-kritis, LSM-nya banyak serta kaum urban yang dikelilingi lima kota metropolitan,” ujar Idris usai memimpin doa bersama pembangunan Alun Alun dan Taman Hutan Kota Wilayah Barat, akhir pekan kemarin.
Rencana Kaesang maju sebagai calon Wali Kota Depok tak pelak mengancam posisi PKS. Singgasana PKS selama 18 tahun terakhir, seperti terguncang dengan munculnya Kaesang, sehingga dia komentar ngasal. Asbun, asal bunyi
Entah di mana M Idris selama ini, sehingga dia tidak tahu bahwa Proklamator RI, Ir. Soekarno (1945-1967) dan penerusnya, Suharto (1967-1998), adalah orang Jawa.
Selain itu, ada Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) dan Joko Widodo (2014-20024) yang mengurus Indonesia masing masingnya dua periode atau 10 tahun.