Sedangkan di DKI Jakarta, wilayah ibukota sebagai kota terbesar di Indonesia, ada Suwirjo, Suwahjo Sumodiloho, Sudiro, Soemarno, Tjokropranolo, R. Suprapto, Wiyogo Atmodarminto, Sutiyoso dan Joko Widodo.
Deretan nama nama Jawa dengan akhir O – itu menegaskan bahwa orang Jawa bisa mengurus DKI dan Indonesia. Bukan sekadar Solo, Semarang, Bondowoso, Kutoardjo, dan sekitarnya.
Apalagi “cuman” Depok?
Jika melihat gesturnya, ketika bicara tentang politik – Kaesang Pangarep nampak setengah hati dan sekadar iseng-iseng. Sedangkan PKS nampak terhenyak dan terancam.
Sebagai “tes ombak”, nampaknya Kaesang sudah sukses membikin partai berideologi Ikhwanul Muslimin (IM) itu kebakaran jenggot.
Tapi, seriusnya, Jawa dan bukan Jawa bukan kriteria pokok bagi pemimpin daerah di masa kini. Ahok BTP, yang asal Belitung, Kristen dan Tionghoa, menjadi pemimpin DKI Jakarta paling cemerlang, menyusul legenda Bang Ali Sadikin yang asal Sumedang. Sayangnya dia kepleset ayat dan diplintir jadi kasus penistaan agama, sehingga masuk penjara. Tapi, terbukti sekeluarnya dari penjara, dia moncer lagi sebagai Komisaris Pertamina.
Sedangkan Fauzy Bowo, yang notabene asli Betawi, hanya berkesempatan mememimpin DKI Jakarta satu periode saja. Kalah dengan Sutiyoso yang orang Jawa – dan memerintah selama 10 tahun, (Oktober 1997 – 7 Oktober 2007).
Bahwa Mohammad Idris memimpin Depok selama dua periode sejak 2016 ya, itu prestasinya. Tapi apakah dia memahami aspirasi warga Depok, sebagaimana klaimnya ? Ya, belum tentu.
Kekuatan partailah yang mengorbitkannya. Mesin partainyalah yang menjaga di posisinya. Bukan figur, bukan terobosan dan prestasi kepemimpinannya – dan manfaat yang didapat warga.
Depok dikenal sebagai kota sektarian dan intoleran sejak dipimpin dan dikuasai politisi PKS. Sederet skandal mewarnai birokrasi yang dikelola oleh politisi yang berideologi Islam puritan intoleran ini.
Mencermati berbagai kebijakannya, lebih tepat Walikota Depok Mohammad Idris lebih sarat kontroversi ketimbang prestasi, sebagaimana yang ramai diberitakan media massa cetak dan online.